Kemenristekdikti-Asosiasi Dosen Dukung Digitalisasi Pembelajaran Dosen

Kemenristekdikti-Asosiasi Dosen Dukung Digitalisasi Pembelajaran Dosen

Nur Azizah Rizki Astuti - detikNews
Sabtu, 22 Des 2018 16:52 WIB
Seminar Nasional 'Digitalisasi Pembelajaran: Inovasi Perguruan Tinggi di Era 4.0/Foto: Nur Azizah Rizki Astuti-detikcom
Jakarta - Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendukung digitalisasi pembelajaran untuk para dosen. Digitalisasi pembelajaran dinilai penting karena karakteristik belajar mahasiswa dan sumber informasi mengalami perubahan pesat.

"Ya memang karakteristik dari mahasiswa kan berubah. Mahasiswa sekarang kan sangat digital native. Memang dari lahirnya mereka sudah (akrab dengan) digital. Yang kedua ya sumber informasi itu sudah berubah. Kalau zaman dulu kan kita susah. Buku aja susah. Tapi sekarang sumber informasi itu sudah meluap di internet," kata Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Ismunandar di Kinanti Building Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (22/12/2018).

"Jadi itu yang kemudian membuat pembelajaran kalau hanya content delivery atau hanya menyampaikan materi di kelas itu nggak ada gunanya. Karena yang di luar jauh lebih menarik, jauh lebih baik disampaikannya," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal tersebut disampaikan Ismunandar usai acara Seminar Nasional 'Digitalisasi Pembelajaran: Inovasi Perguruan Tinggi di Era 4.0' yang diselenggarakan Asosiasi Dosen Indonesia (ADI). Ismunandar mengusulkan sistem flipping classroom. Lewat sistem ini dosen memanfaatkan sistem tatap muka di kelas untuk berdiskusi, sedangkan materi bisa dipelajari mahasiswa di rumah secara online.






"(Kuliah) di-online-kan itu supaya kalau mengakses materi nggak harus di kelas lagi, jadi bisa kayak dibuat PR. 'Oh kamu baca materinya dulu, atau lihat video perkuliahannya'. Sebetulnya dosen tidak harus menciptakan (materi), dosen bisa adopsi dari tempat lain. Atau sebenarnya ditugaskan saja, 'gunakan materi di sana yang kebetulan cocok dengan perkuliahan kita, silakan akses sumber itu'," sarannya.

Karena itu, Kemenristekdikti berencana akan membuat Insitut Siber Indonesia di mana para dosen bisa memberikan materi perkuliahan secara online atau dikenal dengan open learning. Institut Siber Indonesia disebutnya masih dalam tahap pembahasan dengan para rektor perguruan tinggi.

"Kita dorong semakin banyak kampus yang menggunakan itu (digitalisasi) dan berkontribusi pada open learning di Indonesia. Karena satu, untuk membantu mahasiswa yang sedang di kampus sendiri. Dua, juga membantu orang atau usia mahasiswa yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi. Jadi membuat kampus juga berkontribusi untuk mencerdaskan orang-orang yang memang seperti itu," jelas Ismunandar.

"Jadi nanti akan dengan sistem seperti itu kan yang berkuliah, kuliah dalam arti tidak harus datang ke kampus ya, tapi mengakses pendidikan online akan semakin besar. Nanti berarti angka partisipasi kuliah kita semakin naik," lanjutnya.

Pembelajaran dengan sistem online akan mengurangi angka tatap muka pembelajaran langsung antara dosen dan mahasiswa. Meskipun demikian, Ismunandar menegaskan kompetensi mahasiswa tidak akan mengalami penurunan.






"Beberapa universitas sudah melakukan itu, jadi sekian persen dari tatap muka digantikan online. Tapi jaminan mutunya selalu kita minta, bahwa itu tidak mengubah kompetensi yang dihasilkan. Jadi apapun cara melakukan perkuliahan, tidak boleh mengubah kompetensi mahasiswa," tegasnya.

Ismunandar mengatakan pihaknya akan mendorong perguruan tinggi untuk terus memberikan motivasi kepada dosen dalam bentuk insentif dan penghargaan. Menurutnya, dosen juga menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan pembelajaran secara online.

"Intinya kita dorong perguruan tinggi, kampus-kampus untuk melakukan motivasi dan memberikan motivasi kepada dosen. Tentu juga melalui insentif, melalui penghargaan kepada para dosen itu. Dalam arti kalau mengembangkan, menggunakan. Karena itu kadang-kadang lebih besar ya waktu yang digunakan untuk menyiapkan, terus kalau misalnya dia menyediakan diskusi online, kan waktu yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu semakin besar," tuturnya.

Ketua DPP ADI Bidang Inovasi dan Pembelajaran Djoko Wintoro juga mendukung digitalisasi pembelajaran ini. Menurutnya, dosen juga harus mengikuti perubahan karena mahasiswa saat ini dinilai sudah lebih mengenal dunia digital.

"Ya dunia (pendidikan) kita, untuk menyelamatkan dosen. Kalau dosennya 'mati' sendiri gimana? Kita kekurangan dosen nanti pendidikan tinggi jadi apa? Mutu pendidikan tinggi adalah dosen. Dosen adalah modal perguruan tinggi. Kalau modalnya udah nggak ada gimana mau maju? Apakah perguruan tinggi peduli sam dosen-dosennya? Belum tentu. Kita yang harus peduli pada kita sendiri," jelasnya.

Disebutkan Djoko, ADI juga memiliki program pelatihan untuk para dosen sampai ke tingkat daerah. Dia meminta pemerintah memberikan dukungan, bukan malah memberikan tugas yang lebih berat kepada para dosen.

"Justru itu kita buat, kalau di Jakarta kan gampang. Sekarang kalau dosen-dosen di daerah, siapa yang ngurusin dia? Ya asosiasi dosen ini lah. Kita sebarkan ke darerah-daerah, kita kan punya wilayah-wilayah. Kita panggil di sini, kita adakan training, seperti itu. Jadi pendidikan kita jadi multilevel sampai ke bawah-bawah," ujar Djoko.

"Pemerintah buat kita, bukan apa-apa, jadilah payung kita. Mereka itu membantu kita. Jangan ngasih beban yang aneh-aneh. Hanya itu, kita nggak minta apa-apa," pungkasnya.




Tonton juga ' Puan Minta Kemenristekdikti Proaktif Antisipasi Radikalisme di Kampus ':

[Gambas:Video 20detik]

(azr/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads