"Warning tidak pernah disampaikan ke kita secara resmi, melalui instansi terkait dan pemeriksa di sana (Surabaya), tapi kita selalu monitor pekerjaan hari demi hari. Karena terus terang saja, kita sudah antisipasi dan hati-hati sekali, proyek ini awalnya didongkrak bulan Desember tahun 2017, kemudian bulan Maret kita berhenti karena ada permasalahan yang kita antisipasi bermasalah. Yaitu terjadi penurunan maksimum 30 mili 3 sentimeter, 30 milimeter atau 3 sentimeter," kata Dirut PT NKE, Djoko Eko Suprastowo, di kantor pusat NKE, gedung ITS Tower Nifarro Park Lantai 21, Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018).
Proyek ini awalnya dimulai pada Desember 2017, ketika PT NKE sebagai kontraktor pelaksana yang melanjutkan kontraktor terdahulu, PT Indonesia Pondasi Raya (Indopora). PT Indopora sebelumnya mengerjakan pekerjaan bor pile dan solder pile.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita lihat di sana, kita diamkan, monitor terus hari demi hari. Tidak terlihat masalah yang signifikan, penurunan hanya sekitar 1 mili atau 2 mili dalam beberapa hari," kata Djoko.
Menurut Djoko, perubahan yang signifikan ternyata hanya terjadi di daerah selatan dari lokasi proyek. Di bagian selatan daerah galian proyek terdapat rumah warga, yang kemudian oleh PT NKE rumah tersebut disewa dan dibebaskan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan.
"Itu sampai dengan Juni kita evaluasinya. Setelah bulan Juni, kita melanjutkan proyeknya, kita melanjutkan proyeknya sampai bulan Oktober. Kemudian kita setop kembali, (karena) adanya permasalahan finansial dan lain sebagainya, tidak ada kaitannya dengan kestabilan galiannya, kestabilan biayanya ini, tidak ada kaitannya," ujarnya.
Setelah proyek dihentikan pada Oktober karena adanya masalah finansial, pada 2 hari sebelum kejadian amblesnya Jalan Gubeng, PT NKE hendak melanjutkan kembali proyek tersebut. Saat itu, PT NKE berkonsentrasi mengerjakan proyek di daerah barat dari lokasi galian.
"Nah, pada saat kejadian, runtuhnya mendadak, dan pada saat (itu) putuslah kabel-kabel anchor-nya. Kemudian orang kita lari keluar semua. Orang-orang kita menyetop kendaraan-kendaraan yang ada karena menyelamatkan dan tidak lama kemudian runtuhlah jalannya Gubeng tersebut," tuturnya.
"Jadi kalau dilihat runtutan proyek ini sempat berhenti-berhenti. Nah, kita antisipasi pada saat awal itu bulan Maret, sampai Juni, kita sempat kosong, tetapi orang kita yang monitoring dan sebagainya tetap kita standby-kan di sana. Kita monitor hari demi hari, kemudian kita lihat, kebaca penurunannya sekitar 1 mili. Satu mili, 2 mili, dan tanggapan ahli dalam batasan normal. Jadi 1 mili dan 2 mili ini dalam waktu yang lama. Stabil, turun, stabil, turun lagi, stabil," ujarnya.
Saksikan juga video '24 Jam Nonstop, Alat Berat Bekerja Recover Jalan Gubeng':
(nvl/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini