"Indonesia resmi menguasai kepemilikan mayoritas. Ini memberikan tanggung jawab kepada pihak Indonesia untuk bisa membuktikan bahwa operasi Freeport ini bisa dilakukan dengan lebih baik, lebih profesional," kata Bara saat dihubungi, Jumat (21/12/2018).
Profesional yang dimaksud Bara adalah adanya semacam perbaikan terhadap operasi PT Freeport. Menurut Bara, selama ini ada masalah dari soal lingkungan hidup hingga sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman penguasaan mayoritas saham PT Freeport Indonesia disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. PTFI sendiri telah beroperasi sejak 1967. Selama 50 tahun itu, kepemilikan saham Indonesia atas PTFI tak pernah mayoritas.
Setelah memegang saham mayoritas, Bara menyebut tantangan bagi RI untuk mengelola PTFI juga makin berat. Dia meminta Indonesia bisa membuktikan diri bisa mengelola PTFI.
"Ini kan tantangan ke depan juga berat karena nanti kan penambangannya bukan terbuka lagi, tapi bersifat underground, bawah tanah, itu secara teknis itu sangat rumit. Artinya, Indonesia juga membuktikan walaupun secara teknologi rumit tapi tetap operasi bisa dijalankan secara baik dan profesional, manajemennya juga lebih profesional nantinya," tutur dia.
"Yang di atas kan udah abis (tetapi) kandungannya masih sangat banyak, masih sangat banyak. Itu juga mengapa pihak Freeport tidak mau melepas karena mereka tahu kandungannya masih banyak, masih bisa digali berpuluh-puluh tahun ke depan prediksinya. Buktikan di bawah Indonesia operasi bisa lebih baik, profesional, tak hanya profit, tapi untuk peningkatan kesejahteraan rakyat Papua. Ini memulai suatu babak baru dalam operasi Freeport di bawah kepemilikan Indonesia dengan begitu operasi ini juga harus dilakukan dengan cara-cara baru profesional memerhatikan aspek sosial, governance yang baru," ucap Wakil Ketua Umum PAN itu.
Saksikan juga video 'Lika-liku Indonesia Caplok 51% Saham Freeport':
(gbr/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini