Willem mencontohkan saat kejadian erupsi Gunung Agung di Bali pada 2017-2018. Saat itu banyak berita simpang siur yang mengatakan bahwa Gunung Agung akan meletus dengan skala besar seperti pada 1963. Berita bohong ini pun dipercayai masyarakat.
"Padahal kita sudah mengimbau kepada masyarakat agar tidak mengikuti berita-berita yang tidak dikeluarkan oleh lembaga yang resmi, dalam hal ini badan vulkanologi. Akibat hoax erupsi Gunung Agung, 1 juta wisatawan meninggalkan Bali dan menimbulkan kerugian Rp 11 triliun di sektor pariwisata," ujar Willem di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (19/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, saat gempa di Lombok, NTB, yang santer beredar bahwa akan terjadi tsunami. Berita hoax yang tersebar itu menyebabkan sekitar 8.000 orang minta dievakuasi keluar dari Lombok, padahal dari data BNPB hanya 800 orang yang perlu dievakuasi.
"Dan mereka meninggalkan tempat. Ini menyebabkan kerugian Rp 1,4 triliun. Jadi itu adalah akibat, dampak dari hoax sangat berpengaruh," kata Willem.
Menurut Willem, berita hoax soal bencana akan menimbulkan teror dan rasa takut di masyarakat. Hoax yang menimbulkan kepanikan itu juga bisa berdampak pada sulitnya penanganan bencana.
"Yang lebih dari itu, menimbulkan rasa teror, rasa cemas, rasa takut karena hoax ini. Di Sulteng juga dikatakan seperti itu, 'akan terjadi gempa yang besar', 'yang besar belum muncul', dan lain sebagainya, sehingga ini menimbulkan ketakutan di masyarakat, dan tentunya akan mempersulit penanganannya," ungkapnya.
Saksikan juga video 'Ma'ruf Amin: Tabayun untuk Mencegah Hoax':
(azr/zak)