MUI Prihatin Mahasiswa Tewas Dikeroyok: Masjid Itu Tempat Suci!

MUI Prihatin Mahasiswa Tewas Dikeroyok: Masjid Itu Tempat Suci!

Jabbar Ramdhani - detikNews
Senin, 17 Des 2018 17:59 WIB
Gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta (Foto: Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Muhammad Khaidir (23) tewas dikeroyok warga di sebuah masjid di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, karena disangka maling. Majelis Ulama Indonesia (MUI) prihatin atas peristiwa tersebut.

"Pertama kami sangat prihatin dengan kejadian tersebut, apa pun alasannya perbuatan main hakim sendiri itu tidak dibenarkan dan hal itu bertentangan dengan ajaran agama dan hukum positif kita," kata Waketum MUI Zainut Tauhid Sa'adi lewat pesan singkat, Senin (17/12/2018).

"Apalagi perbuatan penganiayaan tersebut dilakukan di lingkungan masjid, sebuah tempat yang sangat kita sucikan," imbuhnya.
Zainut begitu menyayangkan karena peristiwa pengeroyokan itu terjadi di lingkungan masjid yang merupakan tempat yang disucikan karena merupakan tempat ibadah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan perbuatan main hakim sendiri hingga menyebabkan hilangnya nyawa merupakan tindakan kriminal. Tindakan itu juga jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan agama.
"Seharusnya pelaku yang disangka maling itu cukup ditangkap dan diserahkan kepada aparat kepolisian untuk diproses secara hukum, karena negara kita adalah negara hukum," ucap Zainut.

Zainut meminta para pelaku diproses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai hukum yang berlaku.

Sebelumnya diberitakan, peristiwa pengeroyokan terhadap Khaidir terjadi pada Senin (10/12) pekan lalu. Mahasiswa itu dikeroyok sejumlah orang di dalam dan di luar masjid.

Khaidir sempat dibawa ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan awal. Polisi masih menunggu hasil autopsi untuk memastikan tewasnya korban.

Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan 10 orang tersangka. Namun, polisi terus mengembangkan keterangan dari para tersangka.

Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga mengaku saat ini belum mendapatkan informasi secara cover both side karena tak ada keterangan pembanding dari pihak korban. Polisi berencana memeriksa keluarga korban untuk mengetahui karakter psikologinya.


Kepada polisi, para tersangka melakukan penganiayaan karena adanya perusakan di dalam masjid yang dilakukan korban. Namun, Shinto mengatakan massa ramai datang ke masjid karena RDN yang merupakan marbut menggunakan pengeras suara dengan mengatakan ada maling di masjid.

"Fakta-fakta yang kita lihat memang ada kaca yang pecah. Berdasarkan keterangan dari para pelaku, perusakan dilakukan korban. Tapi kita belum dapat fakta lain karena kita sedang mengumpulkan informasi. Yang paling pasti, latar belakang hadirnya korban direspons oleh warga dengan provokasi dengan melalui pengeras alat suara dan kemudian menimbulkan hadirnya massa. Serta melakukan atau melampiaskan dengan melakukan penganiayaan bersama-sama," ungkap Shinto saat dihubungi, Senin (17/12). (jbr/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads