Awalnya Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto mengomentari tentang tren di media sosial, yaitu tanda pagar (tagar) 'Sandiwara Uno'. Tagar itu berkaitan dengan potongan video yang beredar yang menampilkan poster bertulisan 'Pak Sandiaga Uno, sejak kecil kami sudah bersahabat, jangan pisahkan kami gara-gara Pilpres. Pulanglah!!!'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu kan respons publik, artinya berpolitik harus dengan ketulusan, nggak usah playing victim. Toh Ratna Sarumpaet sudah gagal sebagai playing victim, nggak perlu dicontoh-contoh lagilah," imbuhnya.
Hasto mengakui ada yang aneh dari potongan video yang beredar, yang belakangan diketahui isinya menampilkan kampanye Sandi di Pasar Kota Pinang, Sumatera Utara. Namun dia enggan menyimpulkan apakah yang dilakukan Sandi saat berkampanye di Pasar Kota Pinang, Sumatera Utara, seperti dalam video yang beredar itu sandiwara atau bukan.
"Kita juga nggak tahu sandiwaranya yang mana. Kan masyarakat melihat. Ketika (poster) itu mau dilepas, kemudian ada yang melarang di dalam (video) itu. Kan itu keanehan yang muncul," ucap Hasto.
Dalam video itu, orang yang melarang poster tersebut dilepas adalah Yuga, yang merupakan anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Yuga pun sudah merespons tudingan sandiwara di balik kampanye Sandi itu.
"Jadi saya agak marah kalau ada yang bilang itu rekayasa, ini tidak ada rekayasa sama sekali, ini memang dinamika di masyarakat yang harus didengarkan," ujar Yuga. (dhn/elz)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini