"Terakhir suami saya menelpon subuh hari untuk membangunkan salat subuh," kata Istri Faiz, Fadillah Aulia Lukman saat ditemui di kediamannya di Sudiang, Makassar, Senin (10/12/2018).
Menurut Fadillah, pesan itu adalah yang terakhir suaminya sebelum terbang ke Wamena bersama rekan-rekannya. Faiz meninggalkan dua orang anak yang masih kecil, yaitu Haikal dan Raditya di Makassar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadillah dan Faiz menikah pada 2015. Setahun sebelum mereka menikah, dia memutuskan menjadi mualaf atas keinginannya sendiri. Komunikasi terakhir keduanya ini terjadi pada 14 November silam.
"Sejak saat itu hingga Desember tidak lagi berkomunikasi karena jaringan susah di atas sana," ungkapnya.
Sejak beredarnya kabar penembakan oleh KKB di Nduga, Fadillah bersama keluarganya segera melaporkan hal ini ke aparat setempat. Baru kemudian dia mendapatkan berita dari media soal suaminya salah satu dari belasan orang yang tewas tertembak.
"Ini KKB kejamnya sangat luar biasa," kata Fadillah dengan sedih.
Dikatakannya, suaminya hendak bekerja di Papua setelah mendapatkan ajakan dari saudara-saudaranya sendiri. Di sana, dia dijanjikan upah Rp 250 ribu per harinya. Setelah kepergian suaminya, pihak perusahaan yang mempekerjakan Faiz memberikan santunan sebesar Rp 24 juta. Dia pun dijanjikan uang santunan tambahan yang akan diberikan dalam tiga bulan ke depan.
Hingga saat ini, jenazah yang ditemukan berjumlah 17 orang. Nama-nama 16 jenazah korban KKB di Distrik Yall, Kabupaten Nduga, yang sudah ditemukan adalah Agustinus T, Jepry Simaremare, Carly Zatrino, Alpianus M, Muh Agus, Fais Syahputra, Yousafat, Aris Usi, Yusran, Dino Kondo, Markus Allo, Efrandy Hutagaol, Samuel Pakiding, Anugrah Tolu, Emanuel Beli Naikteas, dan Daniel Karre.
Saksikan juga video 'Sudah 91 Persen, Lihatlah Pesaing GBK yang Ada di Papua':
(fiq/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini