Ketika terjadi suatu bencana di Tanah Air, ada dua lembaga yang langsung aktif terjun melakukan evakuasi. Mereka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau yang selama ini dikenal sebagai Basarnas.
Toh, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi menyatakan di antara kedua lembaga negara itu tak akan terjadi tumpang-tindih di lapangan. Sebab, BNPB menangani semua bencana, seperti gempa bumi, banjir bandang, dan tanah longsor, sedangkan Basarnas cuma berfokus pada evakuasi para korban.
"Kami mencari, menolong, mengevakuasi, menyelamatkan korban jiwa. Selama bencana tidak ada korban jiwa, Basarnas tidak akan masuk di situ," kata M Syaugi dalam acara Blak-blakan yang tayang di detikcom, Senin (10/12/2018).
Menurut dia, Basarnas akan turun menangani korban ketika sebuah bencana sudah ditetapkan dalam tanggap darurat. Namun, sebelum ditetapkan sebagai tanggap darurat pun, Basarnas sudah bersiaga 24 jam.
Dia mencontohkan, saat terjadi peringatan erupsi Gunung Agung di Bali beberapa waktu lalu. Para personel Basarnas membuat pos di sekitar daerah aman dari Gunung Agung, yaitu di daerah Karang Asem. "Ini menunjukkan kesiapsiagaan kita," tandas mantan penerbang pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dengan call sign, Wild Geese itu.
Basarnas juga selalu melakukan sinergi dengan BNPB serta pemerintahan daerah sehingga masyarakat bisa melihat, saat terjadi bencana, negara hadir. Salah satunya ditunjukkan dengan sinergi antara Basarnas, BNPB, dan pemerintah daerah.
"Sehingga, begitu musibah itu datang. kita sudah siap, cepat. Jadi beda utamanya itu kalau Basarnas ada korban jiwa kalau BNPB tidak," kata peraih Adhi Makayasa atau lulusan terbaik Akademi Angkatan Udara 1984 itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(erd/jat)