"Jadi puting beliung yang kemarin terjadi di Bogor itu akibat terbentuknya awan kumulonimbus. Kecepatannya mencapai 20 knot atau sama dengan 50 kilometer per jam, terjadi selama 10-15 menit," ujar petugas Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Hadi Saputra, Jumat (7/12).
Hadi menyebut angin puting beliung tersebut masuk kategori ekstrem karena kecepatan normal angin sekitar 10-20 kilometer per jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi itu sudah 50 kilometer per jam, itu yang menyebabkan atap rumah tersapu dan pohon tumbang," sambungnya.
Wilayah Bogor bagian selatan, menurut Hadi, memang rawan puting beliung. Sebab, wilayah tersebut berada di daerah pegunungan yang menjadi lokasi terbentuknya awan kumulonimbus. Selain itu, wilayah Jawa Barat, sambung dia, menjadi wilayah yang banyak menghasilkan uap air.
"Wilayah Bogor selatan itu kan dekat dengan pegunungan, Gunung Salak, jadi tempat tumbuhnya awan kumulonimbus. Pegunungan itu tempat tumbuhnya angin kumulonimbus itu. Jadi awannya sudah tumbuh, kemudian awan bergerak dan menimbulkan puting beliung," papar Hadi.
Dari data terbaru, tercatat 1.690 bangunan rumah dan kios rusak karena tersapu angin puting beliung pada Kamis (6/12). Belasan pohon besar tumbang dan menimpa seorang pengendara hingga tewas.
Warga yang rumahnya rusak akibat puting beliung saat ini berada di lokasi penampungan. Tenda-tenda darurat dan dapur umum disediakan di lokasi untuk mempermudah pasokan kebutuhan warga. (fdn/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini