"Namanya juga keseleo ya manusia itu kan tempat salah dan khilaf," kata Andre Rosiade saat dihubungi, Senin (3/12/2018).
Andre lalu balik menyebut Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri juga pernah salah mengucap 'Sallaallahu alai wassallam' saat menerima gelar doktor kehormatan atau honoris causa di Universitas Negeri Padang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andre bahkan menyebut kesalahan yang dilakukan Megawati lebih parah daripada Prabowo. Menurutnya, kesalahan Prabowo dalam pengucapan 'sallallahu alaihi wasallam' itu diakibatkan karena terlalu terburu-buru saat berpidato.
"Pak Prabowo mungkin terburu-buru dalam pidatonya sehingga keseleo sedikit. Ya namanya wajar manusia tempat salah dan khilaf. Jadi menurut saya nggak etis kita menyerang ranah pribadi seperti ini," tuturnya.
Tak hanya membandingkan dengan Megawati, Andre juga menyinggung soal pengucapan Al-Fatihah Presiden Joko Widodo. Dia menilai pengucapan Al fatihah itu lebih gampang daripada 'sallallahu alaihi wasallam'.
"Sama juga Pak Jokowi bilang Al Fatekah, kalau 'sallallaahu alaihi wasallam' agak berat lagi spellingnya kalau Al Fatihah kan lebih gampang,"
"Jadi saya rasa manusia tepat salah dan khilaf, Bu Mega juga pernah melakukan kesalahan itu di Universitas Negeri Padang tahun 2017 yang penerimaan gelar doktor honoris causa, Pak Jokowi juga Al fatihah, kan wajar manusia tempat salah dan khilaf dan ngak elok kita menanyakan hal seperti ini," tuturnya.
Video berdurasi 1 menit 16 detik tersebut diunggah pemilik akun Facebook bernama Asian Culture. Video tersebut menggambarkan Prabowo yang tengah berpidato saat Reuni 212 di Monas.
"Prabowo tak bisa sebut nama Nabi Muhammad SAW dalam kampanye Capres 02 berkedok Reuni 212: Mau sebutin Rasulullah SAW, tapi kok jadi begini: "Rasulullah hulaihi " ???
Astaghfirullahaladzim, Ya Allah, lindungilah hambaMu dari godaan setan dan kampanye berselubung agama ini," tulis akun Asian Culture di videonya.
Saksikan juga video 'Pulang dari Reuni 212, Prabowo Dapat Kopiah':
(nvl/van)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini