"Kurang-lebih 45 (meter) kubik," kata operator ekskavator, Maryanto, saat ditemui di Posko UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Pusat, Jl Tenaga Listrik, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakpus, Kamis, (29/11/2018).
Petugas mengangkut sampah sejak pagi hingga sore ini. Sampah yang mengapung di KBB terus datang dan tersangkut di high density polyethylene (DHPE) atau jaring apung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kita estafet sampah dari HDPE (penahan sampah) muat diperkecil dua rit, amrol (mobil pengangkut sampah) tiga rit, (mobil) Carry empat rit," ujar Maryanto.
Sampah kemudian dibawa ke penampungan sementara di Jalan Perintis Kemerdekaan. Sampah sisanya akan dibawa menunggu mobil pengangkut sampah.
Dia mengatakan, saat musim hujan, volume sampah yang mengalir di sungai bertambah. Maryanto mengatakan sampah ini juga berasal dari berbagai daerah.
"Gimana ya, seandainya musim panas atau terang gitu ya, itu nggak ada sampah di (sungai) Jakarta saya bilang. Masalahnya dikit gitu, paling satu mobil amrol paling 7 kubik sehari, paling banyak-banyak itu 14 kubik, udah. Sekarang kan hitungannya aliran kita dari Bogor, dari Depok, gitu kan, ya bisa dibilang kata ini ya kirimanlah" imbuh Maryanto.
![]() |
Petugas juga sedikit terkendala saat mengangkut sampah pada musim hujan. Petugas kerap menunggu hujan reda agar ekskavator tidak selip.
"Hambatannya satu sih, hujan. Kalau ujan kan gimana ya hitungannya, satu kendaraannya kan mobilisasinya selip. Kita mau nggak mau nunggu reda hujan. Kedua, orang kan nggak mungkin kita paksain untuk dorong sampah yang di HDPE kalau hujan. Namanya alat berat kan harus juga dibantu sama orang juga dorong-dorong sampahnya. Nggak bisa sendiri alat berat," tutur Maryanto. (jbr/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini