"Yang kita, kalau di BPS tidak sampai pemahaman, tapi kalau di BPS ketika mengumpulkan data dari susenas, dia bisa baca atau tidak dan ketika dia bilang bisa, itu kita minta buktinya dengan membaca, hanya sampai sana," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jl Dr Sutomo, Jakpus, Kamis (22/11/2018).
Prabowo tak menjelaskan secara rinci soal functionally illiterate yang dimaksudnya. Namun hal tersebut diduga mengacu pada kemampuan orang Indonesia memahami bacaan. Suhariyanto mengaku tak punya data soal hal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, soal kondisi buta huruf rakyat Indonesia, Suhariyanto mengatakan angkanya rendah sekali. Dia menegaskan angka melek huruf rakyat Indonesia sangat tinggi.
"Kalau data BPS angka buta huruf kita itu kecil sekali. Ini terbukti misalnya dulu waktu kita menghitung, saya nggak bawa angkanya, tapi pada waktu kita menghitung Indeks Pembangunan Manusia, namanya pendidikan dulu itu dihitungnya dari angka melek huruf. Satu lagi, dari rata-rata lama sekolah. Tapi, sejak 2010, ketika UNDP melakukan penyempurnaan metodologi, angka melek huruf di semua negara itu udah tinggi sekali, termasuk di Indonesia," paparnya.
Kembali soal functionally illiterate, data tersebut pernah diungkap di akun Twitter @BankDunia. Pada 5 Juni 2018, akun itu mencuitkan data 55% kemampuan membaca penduduk Indonesia masih terbatas. Berikut ini cuitannya:
(tor/fjp)"Di bidang pendidikan, Indonesia telah mencapai kemajuan besar dalam kuantitas. Tapi masih banyak kekurangan dalam mutu. Sekitar 55% penduduk Indonesia kemampuan membacanya masih terbatas - bisa membaca tapi mungkin sulit mengerti apa yg dibaca" ~Frederico #IEQBankDunia pic.twitter.com/BUmyKpluc2
β World Bank Indonesia (@BankDunia) June 6, 2018
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini