Noldus adalah seorang pria asli Toraja dan sehari-hari berprofesi sebagai tenaga pengajar di SMU Kristen Soleman Makassar. Noldus mempunyai keterbatasan di bagian kakinya sejak usai tiga tahun.
"Alasan saya maju hanya untuk memenuhi panggilan hati para penyandang disabiltas yang selama ini kurang mendapatkan perhatian," kara Noldus saat berbincang dengan detikcom di Makassar, Sulsel, Kamis (22/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diceritakannya, kala itu tahun 2013, istrinya sedang berada di rumah sakit dan menunggu untuk persalinan anak pertama mereka. Karena kukurangan darah, dirinya harus mondar-mandir mencari daerah ke beberapa tempat.
"Saya kan disabilitas di kaki. Susah saya keliling-keliling cari darah. Harusnya untuk kami ini penyandang disabilitas ada perlakuan khusus," ungkap alumni Universitas Gadjah Mada tahun 2004 ini.
Akhirnya, dengan melihat kondisi Kota Makassar yang juga sebagai salah satu kota besar di Indonesia, maka akses untuk fasilitas umum kepada kelompok disabilitas juga harus diperbanyak. Dia menyebut, banyak fasilitas umum di Makassar yang tidak ramah bagi kelompok difabel.
Dengan keluarnya UU No 8 tahun 2016 tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas, maka Noldus menyebut penyandang disabilitas telah mendapatkan ruang dalam bidang politik.
"Makassar akan menuju kota dunia dan dalam tata ruangnya harus ramah dengan penyandang disabilitas," tegas dia.
"Kami juga ingin akses mudah mulai dalam bidang pendidikan atau dunia pariwisata. Penyandang disabilitas juga butuh tentang hiburan. Saya mau teman-teman tuna netra juga dapat menikmati musik live tanpa susah-susah," sambungnya.
Saksikan juga video 'PPP Kritik Ketum PSI Soal Pidato Perda Syariah':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini