"Kalau kita lihat kampanye satu setengah bulan terakhir banyak komentar terbuka ke media bahwa kampanye ini banyak noise, jadi banyak sensasi. Ini satu gejala yang mengkhawatirkan," kata Adjie dalam diskusi bertajuk 'Narasi Gading, Politik Kisruh' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (17/11/2018).
Dia menyebut Pilpres saat ini bukanlah Pilpres yang baru. Sebab, dua petarung sudah pernah bertarung sebelumnya dan otomatis masyarakat sudah mengenal kedua paslon tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Isu-isu ini kan sifatnya sensasional tapi dua-duanya relatif dikenal dan publik berharap adanya gagasan yang muncul dan itu yang belum kita jumpai. Sama seperti di Amerika Hillary (Clinton) dan Donald Trump," ujarnya.
Dia menyayangkan adanya istilah seperti politik sontoloyo, genderuwo, hingga tampang Boyolali. Menurutnya, harusnya kedua paslon menyajikan visi dan misi juga selain menghadirkan gimik.
"Ini kan pertarungan pengulang Prabowo-Jokowi jadi relatif masyarakat sudah mengenal. Bukan hanya kritikan tapi alternatif isu nah itu yang kita harap," pungkasnya. (idh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini