"Pernyataan tersebut lebih sebagai ajakan agar dalam menilai, kita menjunjung asas dan prinsip objektivitas. Tidak dimaksudkan untuk menuduh atau memojokkan siapa pun," kata Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno kepada detikcom, Sabtu (10/11/2018).
Dia menilai objektivitas adalah hal yang penting. Menurutnya, objetivitas juga merupakan salah satu pilar sikap ilmiah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pernyataan Pak Ma'ruf ini tentu merupakan jawaban terhadap berbagai isu dan hoax yang dikembangkan oleh pihak yang tidak suka Jokowi memimpin Indonesia 2019-2024. Kelompok berupaya dengan segala macam cara termasuk memproduksi hoax dan black campaign untuk menegasi kinerja dan capaian pemerintahan Jokowi. Mereka sebenarnya bisa melihat, bisa mendengar, tetapi mereka membutakan dan menulikan diri sekaligus mengajak masyarakat untuk ikut menjadi buta dan tuli bersama dengan mereka," ujar Andreas.
Ma'ruf Amin sebelumnya menyebut banyak prestasi yang dilakukan pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla. Dia kemudian menggunakan istilah orang 'buta' dan 'budek' bagi yang tidak bisa melihat prestasi Presiden Jokowi.
"Orang sehat bisa dapat melihat jelas prestasi yang ditorehkan oleh Pak Jokowi, kecuali orang budek saja tidak mau mendengar informasi dan kecuali orang buta saja tidak bisa melihat realitas kenyataan," ujar Ma'ruf Amin dalam sambutan deklarasi Barisan Nusantara, di Jalan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11).
Ia kemudian menegaskan, ucapannya tidak menuduh seseorang. Dia juga mengatakan ucapannya itu bukan karena marah kepada orang lain.
"Saya tidak marah, dan bukan sedang menuduh siapa-siapa. Saya cuma bilang, kalau ada yang yang menafikan kenyataan, yang tak mendengar dan melihat prestasi, nah sepertinya orang itu yang dalam Alquran disebut แนฃummum, bukmun, 'umyun. Budek, bisu, dan tuli," ujar Ma'ruf kepada Tim Blak blakan detikcom. (haf/haf)