"Mereka selalu menggunakan senjata parang atau samura. Jadi kalau mereka naik motor samurai itu sampai mengeluarkan api, malam Minggu itu kita kejar-kejar," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto dalam diskusi soal geng motor di Menara 165, Jakarta Selatan, Kamis (8/11/2018).
Setyo juga menceritakan pengalamannya kala masih bertugas di Bandung. Saat itu Setyo dan sejumlah personel polisi mengejar anggota geng motor. Salah satu rekan Setyo terluka akibat sabetan senjata tajam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setyo mengatakan hingga kini kasus kejahatan geng motor masih ada yang belum terungkap. Salah satunya adalah kasus penyerangan terhadap anak Karo Provos Polri Brigjen Hendro Pandowo.
"Putranya itu dianiaya di daerah Jakarta sampai sekarang belum terungkap padahal luka berat karena dibacok. Itu anaknya polisi, belum yang lain-lain," ujarnya.
Sementara itu, sosiolog Musi Umar menilai kehadiran geng motor disebabkan adanya mutasi budaya dari luar oleh remaja di Indonesia.
"Yang pertama imitasi, rambut dan bahkan pakaian diimitasi, hidup kita tidak pernah lepas dari imitasi, mana yang jadi tren kita akan ikut termasuk geng motor," kata Musni.
Selain itu, menurut Musni, masalah ekonomi juga bisa jadi penyebab munculnya geng motor. Hal ini perlu dicegah dengan perhatian anggota keluarga agar anak-anak mereka tak terjebak dalam lingkungan kejahatan.
"Hal lain juga kita saksikan pelarian, di Indonesia itu rata dari menengah ke bawah, pendidikan tidak memadai, jadi akhirnya pelarian, kumpul-kumpul, minum-minum mabuk-mabuk, inilah hal yang kita saksikan dengan penuh kesedihan. Ini lah yang sangat penting betapa pentingnya peran orang tua," kata dia. (ibh/fdn)