"Jika USBL Transponder di Kapal Baruna Jaya I nggak dapat sinyal, maka kami sarankan untuk melakukan pencarian di luar area prioritas saat ini," Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, M Ilyas, dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/11/2018).
Menurut, Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza pencarian ini terkendala karena CVR diduga tertimbun lumpur di dasar laut. Kondisi tersebut menyebabkan sinyal CVR tidak dapat tejangkau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hammam mengatakan pencarian CVR ini dilakukan bersama tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia (KNKT), tim Kapal Baruna Jaya I BPPT, dan dibantu KNKT dari Singapore dan KNKT Amerika Serikat serta Tim Boeing. Pencarian dilakukan dengan menggunakan pinger locator.
Menurutnya, hasil video divers akan dievaluasi untuk menyeleksi serpihan yang harus menjadi perhatian. Agar serpihan dapat diangkat ke permukaan.
"Untuk diikat dan diangkat ke permukaan atau pun disingkirkan dari lokasi, sehingga beacon dapat merilis gelombang akustik ke ping locator dan transponder," tuturnya.
Tim SAR akan melanjutkan evakuasi Lion Air PK-LQP di perairan Karawang, Jawa Barat. Pencarian difokuskan pada cockpit voice recorder (CVR) black box.
"Intinya, kami cari, kami petakan, sehingga itu jaraknya sekitar 52 meter (dari penemuan titik awal terdeteksi adanya CVR)," ujar Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Brigjen TNI Nugroho Budi Wiryanto dalam jumpa pers di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (3/11/2018). (dwia/zak)











































