Djohan Effendi seorang putra Banjar. Dia lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan. Selepas sekolah menengah, ia mendapat beasiswa ke Pendidikan Hakim Islam Negeri di Yogyakarta. Setelah selesai pada 1960, ia kembali ke daerahnya dan memulai kariernya sebagai pegawai negeri di kantor Pengadilan Agama di Amuntai, Hulu Sungai Utara. Hanya dua tahun berdinas di Amuntai, Djohan mendapat tugas belajar ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga pada Fakultas Syariah.
Setelah menyelesaikan studinya di Yogyakarta, Djohan berangkat ke Jakarta. Dia kemudian diangkat menjadi staf pribadi Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrum Rangkuti. Sebagai staf pribadi, tugasnya membaca dan membuat disposisi surat-surat yang ditujukan kepada Sekjen Departemen Agama. Djohan pun sering diminta menggantikan Bahrum untuk mengajar di Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi di beberapa departemen. Saat mendampingi Bahrum inilah karier Djohan sebagai penulis naskah pidato berawal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak saat itu, Djohan juga merangkap sebagai penulis pidato Presiden, tugas yang diembannya hingga hampir 20 tahun. "Djohan juga tidak mendapat imbalan atas pekerjaan tersebut," ujar Ahmad. Presiden Soeharto sendiri mungkin tak tahu bahwa Djohan-lah yang menulis pidatonya. Selama jadi penulis pidato Presiden, hanya sekali Djohan bersalaman dengan Soeharto. Tapi Djohan menikmati menjadi penulis pidato orang nomor satu di Indonesia itu.
Bagaimana cerita lengkap dan suka-duka Djohan Effendi jadi penulis pidato Presiden Soeharto, baca selengkapnya di detikX, Pidato Presiden Soeharto dan Mikrolet Djohan (pal/sap)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini