Menyelam di Antara Lumpur Laut

Menyelam di Antara Lumpur Laut

Ibad Durohman - detikNews
Sabtu, 03 Nov 2018 15:38 WIB
Foto: Pradita Utama
Jakarta - Mata Akhmad Rokhiyat menelisik tajam ke arah tumpukan benda dan serpihan pesawat Lion Air yang dikumpulkan oleh Tim Basarnas di Dermaga Jakarta International Container Terminal 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sebuah koper hitam yang kondisinya hancur berantakan menarik perhatiannya.

Beberapa saat kemudian, Akhmad memalingkan pandangannya ke arah kakak iparnya, Siti Nuraini, sambil menggeleng-gelengkan kepala, tanda bahwa apa yang dicarinya tak berada di situ. Siang itu Akhmad dan Siti datang ke Posko Terpadu Basarnas Tanjung Priok untuk mendapatkan kepastian nasib seorang kerabatnya, Akhmad Endang Rochmana.

Endang adalah salah satu penumpang pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang, yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin, 29 Oktober 2018. Dua pekan sekali, Endang, yang menjabat Kepala Subbagian Keuangan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan Provinsi Bangka Belitung, memang pulang ke Tasikmalaya, Jawa Barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya datang ke sini karena sebelumnya mendapat informasi di sini ada barang-barang kakak saya. Saya berharap, kalau bisa, selamat dengan sehat sentosa. Tapi, bila takdir berkata lain, semoga cepat ditemukan dalam keadaan yang utuh, yang baik," ujar Akhmad di posko utama Tanjung Priok kepada detikcom, Selasa, 30 Oktober 2018.

Bukan hanya Ahmad, ratusan keluarga penumpang pesawat nahas itu masih menanti kejelasan nasib keluarga mereka. Pesawat beregister PK-LQP itu membawa total 178 penumpang dewasa, 1 anak-anak, dan 2 bayi, selain pilot dan kru. Hingga saat itu, sudah ada 48 kantong jenazah yang dikirim ke RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Kantong-kantong itu berisi potongan tubuh manusia dan serpihan pesawat.

Tim Basarnas pun masih bekerja 24 jam setiap hari sejak pesawat Lion Air itu jatuh di 50 kilometer dari tepi Pantai Tanjung Pakis, Karawang. Selasa, 30 Oktober, itu, misalnya, Kapal Negara SAR Basudewa kembali memberangkatkan 40 penyelam dari kesatuan Basarnas Special Group untuk melakukan operasi pencarian korban dan serpihan badan pesawat.

Sebanyak 16 penyelam diterjunkan ke dua titik penyelaman setelah tes sonar kapal Basarnas memantulkan objek yang dicurigai sebagai bodi pesawat. Namun, setelah 30 menit dilakukan penyelaman di dasar laut Karawang, yang punya kedalaman 32 meter, bodi pesawat berwarna putih itu belum juga ditemukan.

Efram Yuliawan, salah satu personel Basarnas yang ikut dalam misi penyelaman, mengungkapkan evakuasi jenazah para korban terkendala arus bawah laut yang cukup kencang. Arus itu mengangkat partikel lumpur naik ke permukaan dan menyebabkan jarak pandang terbatas.

"Di bawah laut itu visibilitasnya 3-4 meter. Jadi kendalanya itu. Hanya, arus menyebabkan tingkat visibilitas menurun. Kalau lumpur naik, itu paling visibility-nya cuma 1 meter," kata Efram kepada detikcom sesaat setelah KN SAR Basudewa bersandar, Selasa, 30 Oktober.

Bagi Efram, operasi pencarian korban kecelakaan pesawat Lion Air ini sedikit lebih sulit dibandingkan dengan operasi pencarian korban AirAsia, yang jatuh di Laut Jawa dekat Selat Karimata pada 2014. Meski laut di sana lebih dalam, yaitu 35 meter, kondisi dasarnya berupa pasir, bukan lumpur, sehingga jarak pandang bisa menembus 6 meter.

Meski begitu, lelaki 31 tahun kelahiran Madiun, Jawa Timur, itu tetap optimistis, dalam beberapa hari ke depan bodi pesawat dan para korban akan segera ditemukan. "Prediksi belum bisa saya pastikan. Mudah-mudahan dua hari ke depan ketemu. Saat ini pencarian itu fokus di radius 2 mil dari perkiraan lokasi jatuhnya pesawat. Pokoknya kita sisir," ucapnya.

Amirullah, anggota penyelam Basarnas lainnya, mengungkapkan hal yang sama. Cuaca di atas laut Karawang selama dua hari ini sebetulnya sangat mendukung. Tidak mendung dan tidak hujan. Namun kondisi dasar laut yang berlumpur itu membuat regu penyelam harus sering gigit jari karena tak berhasil menemukan jasad korban atau puing pesawat.

Menurut Amirullah, prioritas penyelaman sebetulnya adalah menemukan korban. Namun, bila menemukan benda-benda yang terkait dengan badan pesawat, itu juga akan diangkat ke permukaan. "Jadi dalam dua hari ini kita belum menemukan badan pesawat. Kalau puing-puing sudah," katanya kepada detikcom, Selasa, 30 Oktober.

Ulasan selengkapnya dapat Anda baca di detikX, Kamis 1 November 2018 (irw/irw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads