Eko menjelaskan dengan adanya teknologi industri 4.0 dan teknologi informasi, masyarakat dipusingkan dengan adanya berita bohong, hoax, provokasi yang memecah belah keberagaman dan persatuan.
"Kita harus sadar, bahwa Indonesia beragam etnis, bahasa, dan agama yang berbeda, yang merupakan satu kekayaan untuk disatukan menjadi bangsa yang besar dan disegani. Mari kita lawan hoax, provokasi yang memecah belah bangsa," kata Eko dalam keterangan tertulis, Senin (29/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko juga menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat miskin, desa tertinggal, dan sangat tertinggal. Tugas Kemendes PDTT untuk mendorong desa tertinggal menjadi desa berkembang dan maju. Selain itu mengurangi penduduk miskin merupakan salah satu upaya untuk bangsa tidak mudah terprovokasi dan terpecah belah.
"Dengan Sumpah Pemuda, mari kita kobarkan semangat persatuan dan kesatuan, semoga menjadi bangsa yang lebih maju dan disegani," katanya.
Sementara itu upacara ini juga menjadi sedikit berbeda dengan upacara pada biasanya. Sejumlah pendamping desa asal Papua turut memeriahkan peringatan Sumpah Pemuda ke-90 bertema "Bangun Pemuda Satukan Indonesia", dengan menarikan tarian khas Papua.
Tarian Rancak, dinamis dengan irama yang riang gembira disuguhkan usai upacara. Hal ini pun menarik perhatian para peserta upacara untuk menonton duduk di pinggir lapangan, beristirahat sembari menikmati para pemuda-pemudi Papua menari.
Salah satu pendamping desa dari Papua Barat, Pilemon Meidedgeay mengungkapkan perasaan senangnya mendapat undangan untuk mengikuti upacara di Kemendes PDTT dan memaknai hari Sumpah Pemuda sebagai hari persatuan.
"Kami dari Papua Barat senang diundang kementrian untuk upacara bendera, kami sangat senang ada di sini. Pesan untuk pemuda, tidak terjadi pemecahan ras, suku, agama, sehingga kalau pemuda bersatu negara maju. Dan sekarang pembangunan di Papua semakin maju, seperti banyaknya pembangunan jalan baru," ujar Pilemon. (idr/idr)