"Pernyataan sontoloyo itu bukan bagian dari Pak Jokowi menanggalkan pencitraan tapi panik ya. Terlihat panik," ujar anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra, Andre Rosiade, kepada wartawan, Minggu (28/10/2018).
"Karena panik, jadi dia lupa pencitraannya," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andre menjelaskan alasan menyebut Jokowi panik. Sebab, kata dia, saat ini tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi terus menurun.
"Bukan karena Pak Jokowi di atas langit. Tapi panik karena melihat masyarakat tak puas dengan kinerja pemerintah, dan juga di survei internal kami, kami melihat benar bahwa Pak Jokowi itu stuck dan cenderung trennya turun terus. Sedangkan Pak Prabowo dan Bang Sandi itu naik," tutur Andre.
"Sehingga muncullah kegelisahan Pak Jokowi, ada politik kebohongan, kemudian sontoloyo," sambung dia.
Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief, angkat suara terkait ucapan Presiden Joko Widodo soal politikus 'sontoloyo'. Menurutnya, melalui pernyataan tersebut Jokowi sudah menunjukkan wajah aslinya dan meninggalkan politik pencitraan.
"Saya membaca sebagai taktik ya," kata Andi kepada wartawan usai dialog Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama warga di Ndalem Benawan Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018) malam.
Baca juga: The Great Sontoloyo Melawan Rezim Sontoloyo |
Taktik yang dimaksud Andi yakni Jokowi mulai memandang bahwa harus bertindak lebih keras terhadap lawan politiknya sekarang ini. Hal tersebut, kata Andi, sudah terbukti dari pernyataan-pernyataan Jokowi dalan menanggapi isu-isu terkini.
"Mungkin Pak Jokowi merasa sudah di atas angin," ucapnya.
"Sehingga tidak perlu lagi pencitraan, apa adanya saja," imbuh Andi. (mae/nkn)