Kabar soal penghadangan terhadap Nusron itu awalnya diketahui lewat video yang beredar di media sosial. Nusron tampak dikerumuni sejumlah orang yang berteriak.
Nusron menceritakan, aksi demo terhadapnya itu mulanya terjadi saat dirinya menunaikan salat dan berziarah di masjid di Makam Luar Batang. Tiba-tiba, kata Nusron, ada teriakan "2019 ganti presiden" ditujukan kepadanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai menunaikan salat dan berziarah, sekitar pukul 23.45 WIB, kata Nusron, sejumlah orang telah berkumpul di depan masjid. Orang-orang tersebut disebutnya membentangkan bendera yang kerap digunakan organisasi yang telah dibubarkan pemerintah, HTI.
"Tiba-tiba di depan masjid ada kerumunan orang sambil membentangkan bendera hitam bertulisan Laa ilaaa ha ilallaah... yang kerap dipakai HTI," ungkapnya.
Nusron mengaku tak menggubris aksi tersebut. Dia juga menuturkan pengurus masjid dan habaib turut membantunya membubarkan kerumunan orang tak dikenal itu.
"Saya cuekin dan sapa dengan senyum. Karena mereka makin brutal, maka ada beberapa pengurus masjid dan sejumlah Habib (tidak saya kenal) yang sedang ziarah membantu saya dan mengusir dan membubarkan kerumunan itu. Terus saya pulang. Itu saja," tutur Nusron.
Apa alasan Nusron didemo? Polisi menyebut demo itu dilakukan karena ada warga yang dendam.
"Jadi warga sana tuh masih dendam, dulu kata warga, Nusron pernah ngomong bahwa Luar Batang ini tempatnya kumuh. Warga ada yang tahu Nusron datang kemudian diusir, terus ya sudah diredam, ditenangkan sama majelis Masjid Luar Batang," kata Kapolsek Metro Penjaringan AKBP Rachmat Sumekar.
Tapi, pernyataan polisi itu ditepis oleh Nusron. Dia mengaku tidak pernah mengatakan Luar Batang kumuh. Nusron juga tidak yakin massa mendemonya karena dendam.
"Kalau dendam, statement di mana? Dan dalam konteks apa?" ujar Nusron saat dikonfirmasi ulang.
"Tidak ada kaitan itu," katanya. (imk/gbr)