Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018 adalah program penghargaan bagi para peneliti dan hasil penelitian terbaik di Indonesia dalam bidang farmasi, kedokteran, pangan fungsional, life sciences, dan teknologi terkait kesehatan masyarakat. Program RKSA dimulai sejak tahun 2008 dengan total jumlah peserta 455 peneliti, dan diumumkan.
"Sebagai perusahaan yang percaya bahw inovasi dan penelitian adalah kunci penting bagi kemajuan bangsa, Kalbe terus berkomitmen untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menumbuhkan budaya inovasi di masyarakat, melalui penyelenggaraan RKSA," kata Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius, dalam sambutannya di Hotel Pullman, Thamrin, Jakarta Pusat.Jumat (26/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para peneliti ini berasal dari berbagai instansi yang tersebar di Indonesia, diantaranya UGM, UnPad, Institit Pertanian Bogor, UI, ITB, Universitas Sriwijaya, Universitas Bina Nusantara, UB, Unair, Undip, Universitas Sumatera Utara, Universitas Hasanuddin, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Badan Pengkjian dan Penerapan Teknologi," ungkap Pre.
Sementara pihak Kemenristek Dikti menyambut baik kerja sama untuk mendukung para peniliti ini.
"Komitmen PT Kalbe Farma Tbk dalam mendukung riset yang selama ini sudah beberapa kalinya, merupakan salah satu bentuk, bukan hanya kepedulian namun juga sebagai share swasta dalam mendukung riset penelitian. Skema yang diberikan oleh Kalbe melalui RSKA 2018 yang lebih inovatif dari pada tahun sebelumnya, di mana apresiasi diberikan kepada peneliti terbaik di bidangnya. Kami ucapkan terimakasih," ujar Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati.
Setelah melalui proses seleksi, diumumkan 5 pemenang RKSA 2018 yang berhak mendapatkan total dana penelitian Rp 1,5 miliar. Mereka adalah Dr. Anggraini Barlian dari Institut Teknologi Bandung dengan judul penelitian Aplikasi Micropatterning untuk Peningkatan Proliferasi dan Diferensiasi Human Wharton's Jelly Mesenchymal Stem Cells.
Kedua, ada Dessy Natalia, Ph.D. dari Institut Teknologi Bandung dengan judul penelitian Peningkatan Kinerja Alat Uji Cepat Deteksi Demam Dengue Melalui Variasi Komponen Antigen Dengue.
"Saya bersama tim sangat senang ya bisa didukung dana penelitian dari RSKA 2018. Selama ini kendala ya kita butuh protein dengan kualitas yang baik. Kita juga sudah mencoba beberapa versi dan di sini kita mencoba meningkatkan kinerjanya supaya bisa lebih sensitif, lebih spesifik jadi kita membuat berbagai macam-macam campuran protein," ujar Dessy mengenai penelitiannya.
Ketiga ada Prof. Endang Sutriswati Rahayu, MS dari Universitas Gadjah Mada dengan judul penelitian Pengaruh Konsumsi Probiotik Indigenous Powder dalam Mengatasi Obesitas.
Keempat ada Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS dari Institut Pertanian Bogor dengan judul Pemanfaatan Tempe Segar, Semangit dan Bosok dari Kedelai Tergerminasi sebagai Pangan Fungsional Hipoglikemik. Dan terakhir ada Dr. dr. Rahyussalim, SpOT(K) dari Universitas Indonesia dengan judul Efektivitas dan Keamanan Terapi Sel Punca Mesenkimal pada Pasien Degerasi Diskus Intervertebralis.
Ketua dewan juri RSKA 2018, Amin Soebandrio memaparkan skema program RSKA 2018 melalui pendanaan penelitian ini diharapkan dapat dikomersialisasikan dalam jangka waktu satu tahun. Sehingga timnya akan memonitor proses penelitian ini minimal satu kali per enam bulan sesuai milestone yang disepakati antara dewan juri dan peneliti. (mul/ega)











































