TMII: Penyegelan Mengagetkan Tanpa Peringatan

TMII: Penyegelan Mengagetkan Tanpa Peringatan

M Guruh Nuary - detikNews
Kamis, 25 Okt 2018 15:37 WIB
Manajer Informasi Budaya dan Wisata, Dwi Windyarto (Guruh Nuary/detikcom)
Jakarta - Sejumlah wahana di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) disegel karena belum bayar pajak. Pihak TMII mengaku penyegelan datang tanpa peringatan.

"Semua kaget pas pemasangan plang itu. Sementara, dinas pajak itu baru rapat di sini tentang masalah hutang-hutang itu dengan Setneg, tahu-tahu di sana dipasang plang. Rapat tetap jalan, plang juga dipasang," kata Manajer Informasi Budaya dan Wisata, Dwi Windyarto, kepada detikcom di TMII, Jakarta Timur, Kamis (25/10/2018).


Terkait pajak yang belum dibayar, Direktur TMII dinyatakannya sudah berniat menyelesaikan kewajiban itu dengan baik. Namun itikad baik itu tidak dihiraukan pihak Pemerintah Kota Jakarta Timur yang akhirnya datang membawa plang penyegelan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini kan kesannya terburu-buru. Harusnya kasih dulu peringatan tertulis supaya kita paham kalau objek kita ada yang belum bayar pajak, jatuh tempo, dan sebagainya, dan nanti kita akan pasang plang," tutur Dwi Windyarto.


Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dinyatakannya selalu dibayarkan pihak TMII tiap tahun. Untuk pajak ke Pemprov DKI, nilainya Rp 600 juta tiap tahun.

"Kita ketahui bahwa Taman Mini itu membayar pajak ke DKI terutama ke Jakarta Timur itu terbesar tiap tahunnya. Kemudian sekarang, ada sesuatu yang mestinya baru tahap negoisasi, tiba-tiba susah muncul plang," tutur Dwi.


Dia mengklaim pihaknya menjadi pembayar pajak terbesar di kawasan ini. TMII adalah perusahaan milik pemerintah, namun keluhan terkait masalah yang dialami TMII kali ini dirasanya tak pernah disambut dengan keputusan yang menguntungkan TMII.

"Kita sudah berkali-kali mengadakan pertemuan dengan pemerintah dan belum ada keputusannya atau belum ada dealnya, jadi baru tahap negoisasi. Banyak juga pembahasan-pembahasannya," kata dia.

Mereka menegosiasikan masalah pembayaran TMII sebagai lembaga konservasi budaya non-komersial. Meski sebagai lembaga non-komersial, namun TMII tepat harus menghidupi perlbagai wahana di dalamnya. Maka dicarikanlah wahana lain supaya bisa menyumbang keuntungan, sehingga wahana yang dikonservasi TMII bisa tetap lestari.

"(Wahana) Budaya dihidupi dari mana? Kita tidak mendapat APBN, tidak dapat anggaran. Makanya kita harus berupaya sendiri. Muncul lah ada beberapa kerja sama dengan Snowbay, terus ada desa wisata, dan Skylift itu. Itu gunanya untuk menghidupi budaya supaya tetap eksis dan berkembang," tuturnya.

Sebagaimana diketahui, wahana-wahana yang disebut Dwi Windyarto di atas adalah wahana-wahana yang disegel Pemkot, yakni Snowbay, kereta gantung, hingga kereta wisata. Kata Wali Kota Jakarta Timur M Anwar, tiga wahana yang disegel itu memiliki nilai tunggakan beragam. Snowbay, misalnya, memiliki tunggakan pajak Rp 100 juta. (dnu/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads