Tantangan Dunia Islam di Tengah Globalisasi

Tantangan Dunia Islam di Tengah Globalisasi

Yulida Medistiara - detikNews
Rabu, 24 Okt 2018 22:48 WIB
Acara bertema 'Globalisasi dan Pencarian Identitas Budaya Muslim' di Universitas Paramadina, Jakarta. (Yulida/detikcom)
Jakarta - Pendiri Nurcholish Madjid Society, Budhy Munawar Rachman, memaparkan tantangan dunia Islam di tengah globalisasi. Tantangan itu, menurut Budhy, adalah kelompok Islam yang suka menggunakan kekerasan atau radikalisme.

Menurutnya, islamisme merupakan tantangan di era globalisasi Islam saat ini. Budhy menjelaskan istilah islamisme merupakan suatu rentang dari radikalisme yang belum menggunakan kekerasan, tetapi sudah berpikir tentang kekerasan dan belum sampai bertindak terorisme.

"Tantangannya, ada tesis Bassam Tibi, dia mengatakan islamisme itu bukan Islam. Sebenarnya dia mau mengatakan kelompok-kelompok yang telah membuat Islam yang marah sebenarnya bukan Islam yang sejati," kata Budhy di acara Globalisasi dan Pencarian Identitas Budaya Muslim di Universitas Paramadina, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (24/10/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia mengatakan radikalisme di Indonesia dipicu Timur Tengah, serta terpengaruh dari kelompok ISIS, Al Qaeda, dan HTI. Budhy, yang juga pengurus Yayasan Paramadina, mengatakan dia mengutip buku tokoh Bassam Tibi terkait islamisme. Menurut Bassam Tibi, islamisme merupakan contoh fenomena global radikalisme religius yang saat ini mulai marak di Indonesia.

"Islamisme itu menggunakan politik. Islamisme itu sebenarnya lebih mementingkan tercapainya tujuan politik daripada keimanan yang menjadi fondasi dari Islam dan orang mewujudkan kualitas keimanan, spiritual. Lebih mementingkan kekuasaan, akhirnya mereka nggak mementingkan lagi semua nilai itu, semua nilai ditabrak. Kontras dengan apa yang diajarkan Islam, Nabi Muhammad, ternyata bertentangan dengan ISIS," kata Budhy.


Untuk mengurai fenomena itu, menurut Budhy, para tokoh agama memiliki peranan penting menunjukkan mana yang benar dan salah. Serta mengembangkan Islam Indonesia yang toleransi.

"Mengurainya mengembangkan terus Islam Indonesia yang sudah relatif bagus karena pemerintah kita juga nggak menggunakan agama untuk politik elektoralnya," kata Budhy.

"Kedua, harus ada kontranarasi atau mengoreksi bahwa yang dikatakan sebagai Islam itu nggak benar. Kita ada kekayaan narasi alternatif dari Gus Dur dan Cak Nur," ujarnya. (yld/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads