"Tulisan arab itu kita kenal dengan khat, ada macam-macam. Tulisan tauhid, lailahaillah Muhammadurrasullah ini, yang dipakai HTI sudah khas," kata Ketum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas dalam jumpa pers di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (24/10/2018).
Dia membandingkan dengan tulisan kalimat tauhid yang ada di bendera organisasi pemberontak, ISIS. Meskipun sama-sama kalimat tauhid, penulisan keduanya punya kekhasan masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Begini, kalau itu yang mereka konotasikan, merah putih itu tak ada tulisan tapi kita mengenalinya sebagai bendera Indonesia. Lalu ada bendera yang gambarnya palu arit, tanpa tulisan PKI. Kalau itu beredar di jalan-jalan, kira-kira kita mau ngomong apa? Itu bendera palu arit atau bendera PKI?" paparnya.
Selain itu, Yaqut mengatakan HTI di setiap kegiatannya kerap menggunakan bendera hitam dengan tulisan tauhid berwarna putih. Begitu pula dengan pengakuan yang dibuat dalam sidang pembubaran HTI.
"Di banyak kegiatan HTI, yang besar itu 2013, mereka bikin di GBK. Dan mereka kibarkan bendera itu. Fakta pembubaran HTI di pengadilan. Karena kebetulan salah satu pengacaranya kader Ansor. Di situ disampaikan bahwa apa bendera yang kita kenal sebagai bendera HTI itu, mereka tunjuk. Mereka mengakui bendera itu," bebernya.
HTI sempat menyatakan mereka tak mempunyai bendera. Terkait pernyataan ini, Yaqut menilai penyangkalan HTI sebagai upaya memanipulasi publik, termasuk umat Islam.
"Kalau HTI lakukan penyangkalan, ini adalah usaha mereka untuk memanipulasi publik. Itu harus sama-sama kita lawan," tegasnya.
Dia mengatakan pengibaran bendera HTI ini dilakukan secara sistematis. Selain di Garut, peristiwa pengibaran bendera organisasi terlarang ini juga terjadi di Tasikmalaya, Bandung Barat, Cianjur, Sumedang, dan Semarang. Yaqut mengatakan sedari awal panitia Hari Santri Nasional sudah mengingatkan peserta untuk tidak membawa bendera kecuali bendera merah putih. (jbr/fjp)











































