Data Kemendes memaparkan presentase penyerapan dana desa juga terus membaik. Tahun 2015 sebesar Rp 20,67 triliun dengan penyerapan 82,72%. Di tahun 2016 dengan dana desa Rp 46,98 triliun, penyerapannya 97,65% serta di 2017 dana desa Rp 60 triliun dengan penyerapan 98,54%.
"Peningkatan penyerapan ini mencerminkan tata kelola di desa membaik. Keberhasilan dana desa pun ditentukan oleh pendampingan dan kami mempunyai 40 ribu Pendamping Desa. Saat ini, kami bekerja sama dengan Forum Perguruan Tinggi untuk Desa (Pertides) dengan 100 universitas yang setiap tahun mengirim 75 ribu mahasiswa KKN tematik untuk membantu pendampingan," kata Eko, Rabu (24/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu diungkapkan Eko dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9): 4 Tahun Kerja Pemerintahan Jokowi-JK dengan tema 'Peningkatan Kesejahteraan dan Kebijakan Afirmatif di Aula Sekretariat Negara' di Jakarta pada Selasa (23/10).
Menurut Eko dari segi produktivitasnya, dana desa sangat masif meningkatkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Dalam aspek menunjang aktivitas ekonomi masyarakat, dana desa telah digunakan untuk membangun jalan desa sepanjang 158.691 km, jembatan 1.028.225 m, tambatan perahu 4.711 unit, 14.770 unit kegiatan BUMDes, pasar desa 6.932 unit, penahan tanah 179.625 unit, air bersih 942.927 unit serta saluran irigasi 39.351 unit.
Sedangkan untuk menunjang kualitas hidup, dana desa digunakan untuk membangun Posyandu sebanyak 18.477 unit, drainase 24.005.604 m, fasilitas MCK 178.034 unit, Gedung PAUD 48.694 unit, embung 3.026 unit, sumur 37.662 unit dan Polindes 8.028 unit.
"Dampak yang dihasilan, ada peningkatan pendapatan per kapita/ bulan di pedesaan. Pada 2014 lalu sebesar Rp 572.586, kemudian pada 2018 ini menjadi Rp 804.011. Rata-rata peningkatan pendapatan warga desa pun tercatat sebesar 6,13% per tahun selama periode 2015-2017. Saya yakin tujuh tahun ke depan sudah bisa di atas Rp 2 juta," ungkap Eko.
Dilanjutkan Eko, dengan pertumbuhan ekonomi yang terus membaik, desa menjadi semakin makmur. Hal itu ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah desa tertinggal serta menurunnya tingkat inflasi di pedesaan.
Lebih lagi, angka kemiskinan turun menjadi 7,02% pada 2018 ini. Ditambah lagi menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi 3,72% dari 4,01%.
"BPS mencatat, ada penurunan jumlah warga miskin sebanyak 1,82 juta. Sekitar 1,29 juta jiwa ada di desa. Selain itu, inflasi di desa pada 2015 lalu sebesar 5,8% kemudian membaik di tahun 2018 ini menjadi 3,15%. Jumlah desa tertinggal berkurang dari 20.432 pada 2015 menjadi 12.397 pada 2018 ini," jelas dia.
Dia menambahkan bahwa program dana desa yang dicanangkan sejak 2015 lalu hanyalah sebagai stimulan. Desa terus didorong agar mandiri dengan memiliki pendapatan yang diperoleh dari hasil pengelolaan potensi asli desa.
"Kesuksesan program dana desa ini menjadi perhatian dunia. Peraih nobel bidang ekonomi Joseph Stiglitz juga mengapresiasi kebijakan ini. Sejumlah negara Asia-Pasifik dan kawasan lainnya juga siap meniru model pembangunan pedesaan yang saat ini dilakukan di Indonesia," tutup Eko.
Untuk mengetahui berita lain dari Kemendes PDTT, baca di sini. (ega/mul)











































