"Apa yang mempengaruhi dosis itu budaya. Budaya masyarakat timur yang hierarkis membutuhkan simbol-simbol yang menunjukkan ada jarak. Dengan menunjukkan jarak 'saya lebih rendah dari Anda'. Kalau masyarakat barat mereka egaliter, mereka tidak ada jarak, senyum cukup," kata Devie saat berbincang dengan detikcom, Selasa (23/10/2018) malam.
Devie mengatakan media sosial membawa banyak pengaruh terhadap pro-kontra tersebut. Dia menuturkan saat ini, generasi muda terbiasa berkomunikasi tanpa jarak dengan orang yang lebih tinggi pangkatnya menyebabkan tidak nyaman saat melihat gestur menunduk tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Devie menilai upaya yang dilakukan KAI bagi para pelangganngya perlu diapresiasi. Dia mengatakan upaya unutk membuat penumpang nyaman merupakan salah satu cara mempertahankan konsumen.
"Kalau orang nyaman dan percaya orang akan beli lagi. Orang akan menggunakan layanan entah produk atau porter, atau pijat, dan sebagainya," papar Devie.
Baca Juga: Cerita Porter Saat Gestur Hormat: Penumpang Senyum-Acungkan Jempol
Simak Juga 'Puja-puji Penumpang untuk Kenyamanan Kereta Api':
(fdu/bag)
Simak Juga 'Puja-puji Penumpang untuk Kenyamanan Kereta Api':