"Proses pemilihan Kwarnas itu kan voting terbuka, pemilihan terbuka, darimana ada penekanan? Kan rahasia? Tidak ada yang tahu," ucap Buwas kepada wartawan di Kantor Kwarnas Pramuka, Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Selatan, Selasa (16/10/2018).
Pemilihan Ka Kwarnas berlangsung di Kendari Sulawesi Tenggara pada 28 September 2018 menyisakan tiga kandidat dari 11 kandidat yang diusulkan kwarda. Ketiganya adalah Adhyaksa Dault, Budi Waseso dan Jana Anggadiredja. Dari 35 suara yang ada, Budi Waseso memperoleh 19 suara, Adhyaksa 14 suara dan Jana 2 suara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu kan katanya, buktinya apa? Ada tidak penekanannya? ada bukti rekaman? Kan nggak ada. Kalau saya kumpul begini terus bisa diartikan macam-macam, tidak boleh," ucap Buwas.
Buwas sampaikan, jika memang ada penekanan, harusnya dia bisa mendapat suara 100 persen. Dia pun tidak masalah jika saat pemilihan tanggal 28 September 2018 itu tidak terpilih sebagai Ketua Kwarnas Pramuka.
"Kalau pemaksaan, saya 100 persen (menang) dong. Enggak lah, saya tidak serta merta pengen. Saya karena ada permintaan dari teman-teman Pramuka, agar ikut calonkan diri. Ya saya calonkan. Nggak terpilih juga nggak apa-apa. Itu yang penting," ucapnya.
BIN Juga Bantah Intervensi
Hal senada juga disampaikan Badan Intelijen Negara (BIN) yang dikait-kaitkan dalam isu tersebut. BIN menyatakan pemilihan berlangsung secara Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) serta Jurdil (Jujur dan Adil), tidak ada yang tahu ketika terjadi pencoblosan di bilik suara.
"Tidak ada intervensi intelijen terhadap ketua-ketua Kwartir Daerah (Kwarda). Jalannya pemilihan sangat fear, terbuka dan semua pihak dapat menyampaikan pendapat," ujar juru bicara Kepala BIN, Wawan Purwanto dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Wawan mengatakan, tidak ada kepentingan di balik pemilihan tersebut, siapapun yang terpilih harus mampu mengemban amanat mendidik kader pandu Indonesia ke depan. Soal regenerasi kepemimpinan di Kwarnas, lanjut Wawan, bukan merupakan hal baru, dari waktu ke waktu kepemimpinan silih berganti.
"Tiap orang ada masanya, dan tiap masa ada orangnya. Semua saling mengisi dan saling berkontribusi satu sama lain. Mengenai siapa yang terpilih diupayakan ada musyawarah mufakat, namun karena musyawarah mufakat tidak dapat diperoleh maka dilakukan voting," ujar Wawan.
"Siapapun yang terpilih dalam voting harus ditegak-hormati. Hal ini menjadi pembelajaran demokrasi yang baik bagi adik-adik pandu Indonesia. Tidak perlu mencari kambing hitam dalam sebuah proses pemilihan," pungkas Wawan. (aik/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini