"Ini tren makin lama makin naik, hoax meningkat apabila ada khusus yang berhubungan dengan agama," kata Presidium Mafindo Anita Wahid di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (15/10/2018).
Anita menyampaikan itu dalam diskusi publik bertema 'Negara Darurat Hoaks'. Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto hingga Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto hadir dalam acara tersebut. Setyo dan Hasto juga hadir sebagai undangan, bukan narasumber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita itu baru nyadar kalau hoax itu banyak banget dan nggak hanya online dan offline. Hoax menjadi senjata konflik yang penuh permusuhan, dia digunakan untuk mengelabui saat itu banyak yang berupa SARA," ujar Anita.
Kemudian, menurut Anita, selepas Pilpres 2014, penyebaran hoax terus meningkat. Dia mencatat penyebaran hoax setiap tahun semakin meningkat drastis.
"Begitu setelah Pilpres 2014 itu usai tapi hoax tetap jalan. Perkembangan hoax itu mengerikan. Jumlah hoax di tahun 2105 itu kami mencatat ada 61 hoax jadi kira-kira ada 10 hoax per bulan, kemudian tahun 2016 ada 330 hoax, jadi ada 27 hoax per bulan, sedangkan tahun 2016 ada 710 hoax jadi ada 60 hoax per bulan," sebut Anita.
Anita menambahkan, ketika memasuki 2018, tren hoax juga masih tinggi. Namun bedanya, penyebaran hoax didominasi hoax politik.
"Selama Juli-September 2018 terdapat ada 230 hoax. Dari total 230 hoax yang diklarifikasi tersebut konten politik masih mendominasi dengan 58 persen diikuti agama dengan 7,39 persen," pungkasnya. (ibh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini