"Saya kira nggak pada tempatnya, anak-anak itu diberikan doktrin tentang ganti presiden karena bagaimanapun anak-anak itu harus diberikan pendidikan lebih. Kedua, harus ditelusuri siapa guru atau pihak yang telah lakukan upaya mendeligitimasi terhadap pemerintah dengan membawa anak-anak untuk terlibat dalam proses politik praktis," ujar Ace di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (16/10/2018).
Dia meminta Kemendikbud dan pihak kepolisian segera mengusut oknum yang berada di balik video tersebut. Menurutnya, mengajak anak masuk ke ranah politik bisa terkena pidana pemilu.
"Kita harus tahu siapa orangnya, karena ini menyangkut pidana pemilu, bukan hanya sekadar kampanye melibatkan anak-anak, tapi sudah jelas-jelas bahwa yang bersangkutan telah melanggar aturan pemilu," ucapnya.
"Seharusnya kampanye nggak boleh melibatkan anak-anak, itu salah satu pelanggaran pemilu, maka kita minta Bawaslu dan Kementerian Pendidikan tentu polisi bisa mengusut siapa sebetulnya orang-orang yang melibatkan anak dalam politik praktis," sambungnya.
Sebelumnya, sebuah video beredar di Instagram soal sekumpulan anak sekolah yang mengenakan seragam pramuka berteriak-teriak 'ganti presiden'. Mereka berada di sebuah pelataran gedung, yang belum diketahui lokasinya.
Dalam video itu, terlihat beberapa orang dewasa. Salah satunya memimpin untuk memberikan aba-aba. Awalnya ia meminta anak-anak ini meneriakkan takbir ke hadapan kamera. Kemudian pria tersebut mulai meneriakkan soal '2019 ganti presiden'.
Saksikan juga video 'Relawan Jokowi: Gerakan Ganti Presiden Membodohi dan Provokatif':
(zap/rvk)