"Kejadian itu pukul 14.30 WIB, saya ada kedatangan tamu Pak Heski dan satu anggota Polri, kebetulan saya sudah pulang, mereka sudah lama nunggu, saya baru duduk 10 menit, bunyi pecah berhamburan serbuk kaca. Nah, ini pendeta langsung bilang, 'Tiarap, tiarap, Pak, kita ditembak. Ya, kebetulan saya lagi WA-WA (WhatsApp) sama Pak Kapolri, jadi saya lapor beliau, 'Pak, tolong datangkan penyidik Polri karena ruangan saya ditembak'," kata Wenny saat bercerita di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (15/10/2018).
Wenny mengatakan, setelah melakukan komunikasi via WA dengan Tito, kapolres hingga Kadiv Humas Polri langsung bergerak ke tempat kejadian perkara (TKP). Polisi lalu melakukan penyisiran lokasi ruangan kerja Wenny.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak lama kapolres datang dengan penyidik dan mereka sedang bekerja. Saya nggak bisa komentar apa-apa dulu, biar mereka bekerja, saya cuma ingin peluru sudah ketemu pemilik. Kalau bisa cepat ketemu, tanya yang bersangkutan kenapa nembak ke DPR. Baru bisa terungkap ini ada motif apa, itu yang paling profesional," ungkapnya.
Wenny meminta kepolisian bekerja profesional dan tidak cepat mengambil keputusan. Dia menilai tidak mungkin dari jarak jauh menggunakan sebuah pistol dan bisa menembus kaca hingga dinding ruangan kerjanya.
"Saya minta Labfor jenis senjata apa, kan pelurunya sudah ketemu, showing dong, tunjukkan bahwa senjata apa, showing dong, tunjukkan bahwa ini peluru seperti ini, jenisnya seperti ini, kalau pistol ndak mungkin. Menurut saya ya, saya kan bekas pemegang pistol juga, masa pelurunya seperti itu ada yang satu pecah, ada yang tidak pecah," pungkasnya. (zap/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini