"Ini perubahan musim kalau saya kira. Saya belum berfikir yang paling parah. Kalau fenomena alam normal biasanya perubahan musim. Perubahan musim itu biasanya ada perubahan pola arus, perubahan arah angin jadinya bisa mempengaruhi migrasi atau pergerakan biota-biota di laut, itu yang alami," kata peneliti Biodiversitas dan Konservasi Sumber Daya Laut LIPI Yuli Sugeha saat dihubungi, Sabtu (13/10/2018) malam.
Baca juga: Heboh Ubur-ubur di Pantai Ancol |
Selain karena pergantian musim, migrasi ubur-ubur juga bisa terjadi akibat ledakan populasi plangton atau blooming algae. Penyebab lainnya yakni fenomena alam yang dapat dibaca oleh biota laut. Namun Yuli menilai dua penyebab tersebut kemungkinannya masih lemah.
"Tapi kalau dia melimpah dan beberapa hari terjadi bisa saja ada sesuatu terjadi di laut lepas, misalnya ada blooming algae beracun dan itu bisa mempengeruhi biota-biota lain tidak hanya ubur-ubur tapi juga bisa ikan yang membuat dia terdampar. Yang ketiga bisa saja fenomena alam, karena ada tsunami, sebelum itu terjadi biota bisa membaca, ada perubahan di alam, apakah itu karena gempa kemudian ada tsunami, atau ada gerhana matahari total, atau gerhana bulan, bisa saja biota-biota itu melakukan perubahan migrasi dari biasanya," paparnya.
Yuli mengatakan keberadaan ubur-ubur itu tak akan merusak ekosistem di area pantai apalagi jika keberadaannya tak berlangsung lama. Sebab mereka akan kalah dalam persaingan dengan biota pesisir yang punya daya tahan lebih kuat.
"Jadi kalau cuma satu-dua hari, paling lama seminggu saya kira tidak mengganggu karena biota pesisir itu dibanding biota laut lebih kuat. Mereka di daerah yang terkena hempasam ombak, kadang ada mkanan kadang tidak, jadi biota yang di pesisir itu biota yang kuat. Kalau ada tamu yang tidak diudang datang, mereka lebih kuat," ucapnya.
Mengenal Ubur-ubur, Binatang Laut Tak Bertulang, tonton videonya di sini:
Meski begitu Yuli tetap mengingatkan agar pengunjung mewaspadai keberadaan ubur-ubur tersebut. Sebab hingga kini belum diketahui apakah ubur-ubur di pantai Ancol itu mengandung racun atau tidak.
"Mungkin sementara daerah itu lebih diamankan dulu. Jangan ada pengunjung yang masuk sampai ada peneliti yang melihat langsung, mengambil sample, mengamati apa beracun atau tidak. Kalau beracun harus segera dibersihkan, kalau tidak beracun kan bisa luluh lagi ke laut, tidak masalah," pungkasnya.
Pengelola Ancol sebelumnya memastikan keamanan pengunjung. Selain petugas, pengelola juga membuat papan informasi soal ubur-ubur.l. Pihak Ancol berkoordinasi dengan LIPI untuk melakukan penelitian.
"Terkait fenomena munculnya ubur-ubur secara massal di perairan pantai Ancol beberapa hari lalu, masih dilakukan koordinasi lebih lanjut dengan membawa sampel ubur-ubur dan air ke Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan masih menunggu hasilnya," ujar Manager Corporate Communication Ancol Taman Impian Rika Lestari saat dimintai konfirmasi.