Lokasi Tukad Bindu tepatnya ada di Kesiman, Denpasar Timur, Bali. Kawasan ini terbilang kawasan berbasis komunitas yang terbilang sukses dan bakal dikunjungi delegasi IMF-World Bank.
![]() |
Tak hanya permainan anak, di lokasi itu ada juga pemberdayaan ibu-ibu setempat dengan komunitas sayuran organiknya, juga beragam warung yang yang dikelola warga setempat dan menyediakan aneka jajanan. Namun, rupanya sebelum menjadi kawasan wisata, daerah ini dikenal masyarakat sebagai tempat angker dan digunakan sebagai pembuangan sampah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya sih dari kumpulan anak-anak muda di sini, berawal dari kepedulian mereka, caranya warisan yang sudah ada di sini kita fungsikan biar ke depan nggak menua ada tempat bermain dan berkunjung, kita pengin berbuat dan melestarikan. Tadinya kotor sekali, pembuangan kotoran manusia, kotor, tempat pembuangan sampah," kata Ketua Yayasan Tukad Bindu Ida Bagus Made Ary Manik saat berbincang di lokasi, Minggu (7/10/2018).
![]() |
Gusde, sapaan karibnya, mengatakan tak mudah mengubah mindset masyarakat kala itu untuk lebih menjaga alam dan lingkungannya. Apalagi daerah tersebut tadinya dikelilingi ilalang dan semak belukar.
"Gagasan awal dari tahun 2010, dari kepedulian digandeng pak lurah, kliyan adat, beliau mulai mencari dukungan sana-sini. Pertama yang dibenahi bendungan, kepedulian pemerintah awalnya tidak ada. Kita pinjem uang di koperasi Rp 150 juta sekarang masih sisa Rp 25 juta. Kita bergerak konsisten, pemerintah baru ngeh ketika kita juara nasional kali bersih," tuturnya.
Sejak saat itulah, Gusde dan rekan-rekannya memutuskan untuk membuat yayasan dan mulai membersihkan ilalang dan pohon-pohon yang semrawut. Sejak saat itulah Tukad Bindu ditata.
![]() |
"Setelah juara itulah baru pemerintah bergerak ternyata ada manusia aneh di sini, kita semua S1 dan menciptakan lapangan kerja di sini. Banyaknya kunjungan atas dukungan dari Pak Wali kita semakin semangat untuk mengembangkan desa ini jadi desa wisata," jelasnya.
"Pertama kita bersihkan bantaran di sini, gulma-gulma di sini, pohon-pohon yang semrawut, ada tumpukan bahan bangunan kita ratakan. Di sini tadinya nggak bisa jalan karena penuh sampah dan timbunan sampah, itu yang kita bersihkan. Pertama yang kita edukasi bukan bergerak untuk membersihkan sampah, tapi mindset masyarakat bantu membersihkan sungai. Itu yang 1,5 tahun untuk masyarakat agar peduli," sambungnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala Lingkungan Banjar Ujung Kesiman, Gus Nik. Gus Nik mengatakan tantangan terbesar yaitu mengubah mindset warga untuk peduli lingkungan.
![]() |
"Ngeh demen nyak (kepedulian, senang dan mau) nggak ada yang sulit. Apa yang maunya masyarakat dan pemerintah kan kadang nggak nyambung, lucunya orang gila kayak saya dan kawan-kawan ini perantaranya. Kita bukan fokus sama limbah dan sampah tapi mental masyarakat itu sendiri," ujar Gus Nik.
Kini kesan angker itupun sirna, dan berubah jadi salah satu tujuan destinasi wisata alam yang ciamik. (ams/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini