"Saya lihat ada satu garis desain yang kelihatan. Jadi 21 September dianggap titik terjadinya peristiwa, lalu akan digoreng beberapa hari dengan tujuan membangun opini negara ini jahat, negara melakukan kekerasan terhadap sipil. Lalu ketika proses hukum mau dijalankan karena ini dibuka, Ratnanya sudah ke Chile," kata pengamat politik Boni Hargens dalam diskusi di Gado-gado Boplo, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (6/10/2018).
"Kelihatannya desainnya begitu. Sampai pilpres mungkin baru bisa ditangkap. Begitulah. Makanya saya katakan tak mungkin ada paduan suara tanpa nada dasar. Tanpa nada dasar itu dilakukan dikomandoi oleh seorang capres dan itu hanya karena curhatan ibu usia 70 tahun," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boni juga tidak yakin dengan pernyataan Ratna yang sempat menyebut kebohongannya karena ulah setan. Boni lebih yakin ada skenario yang dibangun, namun gagal.
"Apakah mungkin Ratna Sarumpaet atau ini ulah setan. Saya lebih yakin ada skenario yang sedang dirancang dan skenarionya prematur dan gagal karena polisi lebih cepat, masyarakat juga lebih cerdas membaca tipuan macam ini," paparnya.
Lebih lanjut, dia berharap polisi nantinya tidak hanya menangkap Ratna Sarumpaet. Sebab, menurutnya, kasus ini memiliki energi kebencian dari kubu oposisi pemerintah.
"Saya lihat ada energi kebencian dari kelompok oposisi. Ketika mereka gagal dengan politik identitas, mereka coba main ekonomi, kreatif tapi kelihatan mereka tak cerdas, akhirnya isu PKI terus dipolitisasi dan politik berbasis kebencian ini yang buat kami jadi masalah serius," terangnya.
Hal senada diutarakan Wakil Koordinator Advokat Pengawal Konstitusi Jepri F Silalahi. Jepri mengatakan kebohongan Ratna berdampak pada demokrasi Indonesia ke depan.
Jepri melihat banyak kejanggalan dalam pernyataan Ratna yang disampaikan oleh Prabowo Subianto dan elit kubu oposisi pemerintah. Apalagi, Jepri mengaku kenal betul dengan Ratna Sarumpaet.
"Kita juga pernah sama-sama, saya sedikit mengenal tentang Kak Ratna, jadi saya dihubungi kawan itu betul Kak Ratna dianiaya. Sebagai kawan, saya kenal betul Kak Ratna, jangankan dipukul, diomelin aja dia lebih bawel. Artinya punya jiwa ngelawan," papar Jepri.
"Banyak kemudian yang tidak masuk ke logika saya ketika beberapa orang yang disebut Bang Boni paduan suara yang sudah mengeluarkan statement yang intinya hampir mengarahkan publik untuk menyudutkan pemerintah. Sekali lagi mereka gagal kemudian menjalankan skenario yang outputnya adalah politik elektoral," sambung dia. (idn/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini