Gerindra Beberkan Data Saat Prabowo Subianto Bicara Ekonomi

Gerindra Beberkan Data Saat Prabowo Subianto Bicara Ekonomi

Zunita Amalia Putri - detikNews
Sabtu, 06 Okt 2018 08:08 WIB
Gerindra Beberkan Data Saat Prabowo Subianto Bicara Ekonomi
Andre Rosiade (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Gerindra membeberkan data yang digunakan capres Prabowo Subianto saat berbicara tentang kondisi ekonomi Indonesia. Data itu berisi soal sejumlah indikator perekonomian.

"Ini salah satu datanya pakai data Bloomberg. Jelas kok bagaimana neraca berjalan kita defisit saat ini dan memberikan tekanan pada perekonomian kita. Jadi kami bicara fakta, bukan hoax," ujar anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra Andre Rosiade ketika dimintai konfirmasi, Sabtu (6/10/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam data berbentuk tabel dengan judul 'Which Emerging Market are Most Vulnerable?' atau 'Pasar Negara Berkembang Mana yang Paling Rentan?' tersebut, ada sejumlah nama negara. Nama Indonesia berada di urutan keenam, di bawah Meksiko, Afrika Selatan, Kolombia, Argentina, dan Turki.

Peringkat tersebut didasarkan pada beberapa kategori, yaitu saldo rekening saat ini, utang eksternal, aktivitas pemerintahan, dan inflasi. Hasil dari masing-masing kategori tersebut kemudian dihitung dan menghasilkan angka-angka tersebut.

Seperti dilihat, saldo rekening itu berdasarkan data dari International Monetary Fund (IMF) 2018. Data IMF itu berasal dari pendapatan perdagangan dan pelayanan jasa berdasarkan produk domestik bruto. Uutang eksternal itu berasal dari estimasi kurs Bank Dunia dan utang negara tersebut.


Gerindra Beberkan Data Saat Prabowo Subianto Bicara EkonomiFoto: dok. Istimewa



Sedangkan kategori efektivitas pemerintahan itu dilihat dari kalkulasi Bank Dunia tahun 2016. Terakhir inflasi dilihat dari harga konsumen 2Q 2017 ke 2Q 2018. Dari jumlah tersebut, saldo rekening Indonesia ada pada angka -1,9 persen, sementara utang eksternalnya pada angka 34,8 persen, efektivitas pemerintahannya pada angka 0,01 persen, inflasi pada angka 3,3 persen.



Andre mengatakan, dengan data ini, sudah saatnya pemerintah jujur kepada masyarakat mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Dia juga mengatakan tujuan Prabowo menyampaikan data tersebut agar dijadikan pemerintah sebagai peringatan untuk lebih berfokus memperbaiki ekonomi Indonesia.

"Sudah saatnya pemerintah jujur kepada masyarakat bahwa kondisi ekonomi kita saat ini mulai rawan kalau pemerintah salah mengambil kebijakan. Untuk itu, kami mengingatkan pemerintah agar jangan sampai Indonesia masuk ke jurang krisis ekonomi," ucapnya.

"Pemerintah mengklaim berhasil menjaga inflasi tetap rendah. Namun, di sisi lain, saat inflasi rendah, kerap muncul isu terjadi kenaikan harga. Kenaikan harga menjadi hal yang tak bisa dihindarkan di tengah nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi," sambungnya.



Sebelumnya, Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily mempertanyakan data lembaga internasional mana yang digunakan capres Prabowo Subianto saat berbicara tentang ekonomi Indonesia berada di kondisi rawan. Menurutnya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif ke depannya.

"Lembaga internasional yang mana yang dimaksud Pak Prabowo? Justru sebaliknya, Bank Dunia dalam laporan terbaru bertajuk 'Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Oktober 2018' mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap positif didukung permintaan domestik yang kuat. Hal itu tetap terjadi meskipun lingkungan global belum stabil dan tidak menentu," kata Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily kepada detikcom, Jumat (5/10).


Saksikan juga video 'Prabowo: Sistem Ekonomi Sekarang Menyimpang dari UUD 1945':

[Gambas:Video 20detik]

(zap/haf)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads