Mereka sudah menempati lokasi itu sejak gempa dan tsunami memporak-porandakan Palu dan wilayah sekitarnya pada Jumat (28/9). Pengungsi kini bertahan hidup dengan bantuan yang disalurkan.
"Alhamdulillah sudah dapat bantuan, beras sudah cukup, sudah dikasih terpal juga," kata salah seorang pengungsi, Ayu saat ditemui di halaman Masjid Agung Darussalam, Jumat (5/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rata-rata pengungsi di sini tinggal satu tenda dengan keluarga besar mereka. tak banyak aktivitas yang dilakukan. Siang hari mereka nampak sibuk menyiapkan makan.
Beberapa pengungsi membawa alat masak milik mereka ke tenda pengungsian. Barang-barang tersebut diselamatkan dari reruntuhan rumah mereka.
Selain memasak nasi untuk makan, pengungsi di lokasi ini juga mengolah makanan lainnya. Salah satunya membuat pisang goreng di waktu senggang.
"Pisang ini kita bawa dari rumah. Bawa ke sini untuk makan sama-sama," ujarnya.
![]() |
Namun beberapa pengungsi masih kekurangan bantuan terutama beras. Mereka harus membeli bahan makan dengan harga lebih mahal di pasar.
"kalau beras tetap, kalau gas saya beli Rp 50 ribu. Padahal gas yang kecil itu. Normalnya Rp 18 ribu. Air minum saja naik, kemarin ini saya saya dapat ada baku rampas (berebutan-red). Saya tanya harga satu dus sekarang Rp 18 ribu," kata dia.
![]() |
Kondisi serupa juga dialami Rusman, dia merasa kesulitan karena mendapat terakhir mendapatkan bantuan beras 2 hari yang lalu dan sudah hampir habis.
"Orang susah tambah susah. Jangankan orang susah, orang pengungsi dikasih mahal lagi," ujarnya. (abw/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini