"Saya meluruskan dari pemberitaan selama ini. Anak-anak kami hanya menggoreskan di lengannya, bukan menyayat. Kalau menyayat itukan sampai luka dalam dan berdarah-darah. Ini hanya menggoreskan saja, darahnya juga sedikit yang keluar," kata Kepala Sekolah (Kepsek) SMP Negeri 18 Pekanbaru, Lily Deswita saat ditemui detikcom di ruang kerjanya, Kamis (4/10/2018).
Lily menjelaskan, jumlah siswa yang menggores lengannya hanya 55 orang. Dari jumlah itu 52 orang siswa perempuan dari berbagai kelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka melakukan itu, sambung Lily, tidak ada yang di sekolah. Menggoreskan lengan dilakukan di rumah masing-masing. Sesama mereka juga tidak saling mengajak.
"Jadi di rumah masing-masing dan tidak saling mengajak temannya. Mereka yang melakukan ini inisiatif sendiri setelah nonton video yang menyayat tangan," kata Lily.
Masih menurut Lily, dari pengakuan semua anak muridnya, mereka melakukan goresan dengan jarum pentol. Sedangkan yang murid pria, melakukan dengan ujung pena atau pensil.
"Ada yang menggores satu kali, ada dua kali, ada yang sampai tiga kali. Mereka mengaku sakit dan merasah pedih," kata Lily.
Lily menyebut, dalam video yang mereka tonton adegannya lebih sadis. Tangan disayat dengan pisau silet, ada juga menyayar di paha dan leher.
"Saya sampaikan ke mereka, kok nggak pakai silet terus sayat tangan, kaki dan leher. Jawaban mereka, nanti matilah. Jadi intinya mereka tak berani menyayat seperti yang mereka tonton. Hanya sekedar menggoreskan saja," kata Lily. (cha/asp)