NasDem: Apa Ratna Sarumpaet Bohong 2 Kali karena Rekayasa Gagal?

NasDem: Apa Ratna Sarumpaet Bohong 2 Kali karena Rekayasa Gagal?

Samsudhuha Wildansyah - detikNews
Rabu, 03 Okt 2018 19:21 WIB
Sekjen NasDem Johnny G Plate (Ari Saputra/detikcom)
Jakarta - Sekjen NasDem Johnny G Plate menduga ada kebohongan politik terkait penganiayaan Ratna Sarumpaet. Ia juga mempertanyakan soal pengakuan Ratna yang menyatakan berbohong setelah dugaan penganiayaan itu diramaikan pihak Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Apakah Ratna terpaksa bohong karena rekayasa politik gagal, karena polisi berhasil membongkar rekayasa, lalu dia buat seolah-olah dia (Ratna) bohong," kata Johnny kepada detikcom, Rabu (3/10/2018).

Menurut Johnny, dugaan penganiayaan Ratna terindikasi dijadikan alat politik oleh pihak rival Joko Widodo-Ma'ruf Amin dengan metode play victim atau viktimisasi. Namun, karena rekayasa soal viktimisasi itu gagal, Ratna Sarumpaet diduga berbohong lagi dengan menyatakan dirinya telah membuat cerita bohong soal penganiayaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Apakah dia bohong sekali atau bohong dua kali karena rekayasa viktimisasi yang gagal karena polisi cepat membongkar kebohongan itu," kata dia.

Ia juga menyinggung kubu Prabowo-Sandiaga, yang sempat gencar memberikan kabar soal Ratna dianiaya. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf itu menyarankan kubu Prabowo meminta maaf kepada masyarakat atas ucapan-ucapan yang ternyata tidak benar.

Johnny juga menyinggung soal tweet Fadli Zon yang mengungkap soal penganiayaan terhadap Ratna. Ia pun menyinggung serangan yang dilontarkan ke Jokowi buntut dari isu penyerangan itu.

"Kalau dari urutan waktu, Fadli bohong bilang ada penganiayaan dari sumber anaknya (Ratna), Fadli bikin di Twitter disambung ramai-ramai, bahkan ada yang bilang Jokowi pakai preman melakukan tindakan penganiayaan. Ada petinggi sebelah yang bilang Pak Jokowi gunakan preman. Sudah menyerang Presiden Jokowi, ini Presiden lo, bukan capres," ungkap Johnny.

Ia meminta persoalan Ratna Sarumpaet ini diusut tuntas. Dengan begitu, kata Johnny, akan diketahui apakah ada skenario politik di balik kasus ini.

"Pertanyaannya, apakah dengan mengatakan bohong dan minta maaf bukan kebohongan dua kali karena usaha rekayasa viktimisasi gagal? Ini baru bisa dibuat terang kalau proses hukum jalan. Ini yang bisa buktikan adalah proses hukum," ucap anggota DPR itu.


"Usaha-usaha viktimisasi dalam politik gaya yang sudah kuno, kontraproduktif, dan merusak demokrasi harus diakhiri. Ini berkisar orang-orang yang sama, menyebar informasi yang belum dikonfirmasi dan belum diverifikasi," tambah Johnny.

Johnny juga memuji Presiden Jokowi yang tidak terpengaruh meski diserang dengan isu Ratna Sarumpaet. Ia menyebut Jokowi tetap fokus melakukan penanganan bencana di Sulteng dan tidak menanggapi kubu rival.

"Kita apresiasi Pak Jokowi. Beliau nggak gubris soal itu, tetap kerja untuk Sulteng. Kita bisa lihat, yang satu ngurus pilpres, yang satu kerja. Itu bedanya," kata Johnny.

Diketahui, Ratna sudah mengakui kabar penganiayaan terhadap dirinya adalah berita hoax. Ratna pun berharap kegaduhan itu segera mereda.

"Saya mohon apa pun yang saya sampaikan hari ini, sesuatu yang membuat kegaduhan dua hari terakhir ini mereda dan membuat kita semua bisa saling memaafkan," kata Ratna dalam jumpa pers di kediamannya, Jalan Kampung Melayu Kecil V/24, Bukit Duri, Jakarta Selatan, Rabu (3/10). (elz/elz)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads