"Hilangnya buoy tsunami itu hanya satu bagian dari Indonesia tsunami early warning system," kata Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di kantor Kemenkominfo, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018).
Ia mengatakan BMKG dapat mendeteksi tsunami menggunakan jaringan alat seismograf. Menurutnya, setelah 5 menit gempa, seismograf akan langsung menyebarkan informasi kepada masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan sebetulnya, jika ada buoy, potensi munculnya gelombang tsunami dapat dideteksi lebih cepat. Namun dia menyayangkan alat tersebut sudah tak bisa beroperasi, salah satunya karena vandalisme warga.
"Dalam proses peringatan dini tsunami, jika ada buoy di samudra, akan tercatat ada tinggi tsunami. Melalui satelit langsung diterima, betul tsunami telah terdeteksi, bisa langsung kita ketahui daerah mana akan diterjang tsunami, tingginya, dan sebagainya. Namun jaringan buoy tsunami sejak 2012 tidak beroperasi. Sebagian besar rusak karena vandalisme," ujarnya.
Sutopo mengatakan saat ini pemerintah sedang mengembangkan penelitian alat yang dapat mendeteksi tsunami yang diletakkan di dasar samudra, sehingga tak bisa lagi dicuri warga. Meskipun tak ada buoy, ia yakin tsunami masih dapat dideteksi secara dini.
"Buoy tsunami hanya sebagian kecil, tidak ada buoy tsunami pun sistem peringatan dini tetap berjalan," ungkapnya.
Buoy merupakan sistem peringatan dini tsunami (sistem pelampung) yang dipasang di tengah laut. Buoy merupakan salah satu opsi teknologi pendeteksi dini tercepat mengenai potensi tsunami. (yld/jbr)