"Oh buoy di laut ya nanti kita selidiki. Hilangnya itu memang sebelum tsunami atau setelah. Kalau setelah tsunami karena tsunami kalau sebelum nanti kan kita lidik berapa buoy yang ada, siapa yang tanggung jawab di sana," kata Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (2/10/2018).
Ari Dono belum bisa mengungkapkan jumlah alat deteksi tsunami yang hilang. Menurut dia, penyelidikan masih berlangsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya menuturkan alat pendeteksi tsunami yang terapung di laut (buoy) itu dicuri oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Luhut mencontohkan di Palu dan Aceh.
Luhut menyampaikan hal tersebut terkait dengan kejadian gempa dan tsunami di Palu dan Donggala pada Jumat (28/9). Di luar itu, Luhut menyampaikan peralatan pendeteksi bencana milik BMKG juga perlu diperbarui agar lebih baik dalam mendeteksi potensi bencana alam.
"Kita ingatkan masyarakat, tolong jangan buoy-buoy itu dicuri. Jadi banyak itu di Aceh maupun di Palu sehingga early warning (peringatan dini) itu jadi bisa terlambat sampainya," kata Luhut di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (1/10).
Hal senada sebelumnya diungkapkan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. Sutopo mengatakan alat deteksi tsunami Indonesia atau tsunami buoy tak beroperasi sejak 2012.
Karena hilangnya buoy, sistem peringatan dini tsunami di Indonesia didasar data-data yang diterima komputer yang kemudian diolah hingga menjadi simulasi. Sementara itu, buoy merupakan salah satu opsi teknologi pendeteksi dini tercepat mengenai potensi tsunami.
Simak Juga 'Penjelasan BMKG atas Hilangnya Alat Pendeteksi Tsunami':
(knv/fdn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini