Loncat Kader Demokrat Berujung Tuduhan Main Politik Jaksa Agung

Loncat Kader Demokrat Berujung Tuduhan Main Politik Jaksa Agung

Marlinda Oktavia Erwanti, Elza Astari Retaduari, Indah Mutiara Kami, Gibran Maulana Ibrahim, Dhani Irawan - detikNews
Jumat, 28 Sep 2018 20:17 WIB
Jaksa Agung M Prasetyo menantang Partai Demokrat membuktikan tuduhan main politik gegara ada elite Partai Demokrat yang loncat ke Partai NasDem. (Lamhot Aritonang/detikcom)
Jakarta - Seorang elite Partai Demokrat berganti jas partai politik menjadi kader Partai NasDem. Membelotnya elite partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu dikait-kaitkan dengan kasus dugaan korupsi yang tengah diusut Kejaksaan Agung (Kejagung).

Elite itu bernama Vicky Lumentut, yang sebelumnya menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Sulawesi Utara. Meloncatnya Vicky itu disorot politikus Partai Demokrat, Yan Harahap.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melalui akun Twitter-nya, Yan turut melampirkan video ketika Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengenakan jas partainya ke Vicky. Kemudian Yan menuliskan dalam cuitannya seperti ini:

"Ketua DPD Demokrat Sulut Vicky Lumentut membelot ke NasDem. Sebelumnya ia diduga terkait kasus dana banjir yang sedang diusut Kejagung. Pola yang selalu tersaji," cuit Yan.

Melihat cuitan itu, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief meramaikannya. Andi kemudian menambahkan tudingan-tudingan yang diarahkan kepada Jaksa Agung M Prasetyo hingga membawa-bawa nama Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kalau Jokowi memang terlibat dalam skandal Jaksa Agung jadi alat politik NasDem, saya menyerukan tagar 2018gantipresiden," cuit Andi di media yang sama, Twitter.

"Jokowi, kejaksaan dan NasDem apa harus menunggu SBY menyerukan rakyat turun ke jalan untuk mengakhiri kebobrokan hukum yang digunakan untuk politik?" cuit Andi kemudian.

Menanggapi itu, Prasetyo sempat tertawa. Meski sebelum menjadi Jaksa Agung, Prasetyo merupakan kader Partai NasDem, dia memastikan penegakan hukum yang dilakukan Kejagung selalu berdasarkan fakta dan bukti. Soal tuduhan itu, Prasetyo bahkan menantang Andi membuktikannya.

"Ha-ha-ha... biar aja orang ngomong begitu. Suruh buktikan saja," ujar Prasetyo.




"Kalau politik itu bisa juga dengan asumsi atau dengan tuduhan-tuduhan seperti itu. Silakan saja," ucap Prasetyo.

Kejaksaan, disebut Prasetyo, tidak pandang bulu dalam menegakkan hukum. Begitupun ketika mengusut perkara yang berkaitan dengan politik, menurutnya, latar belakangnya sebagai mantan kader Partai NasDem tidak menghalanginya.

"Yang terjadi justru sebaliknya. Banyak dari NasDem malah kita proses hukum," ujar Prasetyo.

Dia kemudian mencontohkan saat kejaksaan memproses hukum mantan Gubernur Sulawesi Tengah HB Paliudju. Dia juga merupakan mantan Ketua Dewan Pembina DPW Partai NasDem Sulawesi Selatan.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Partai NasDem Johnny G Plate tak berselera menanggapi tudingan yang disebutnya tak bermutu. Sedangkan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai NasDem Irma Suryani menyerang balik Andi.

"NasDem mengurus hal-hal besar terkait dengan pembangunan negara, demokrasi yang berkualitas, dan pemilu yang menggembirakan dan tidak menanggapi hal-hal kecil dan gosip yang tidak bermutu," ucap Johnny.

"Andi Arief ini kan tipe pengecut, selalu hit and run, menyerang sana-sini tanpa ada pertanggungjawaban moral atas pernyataannya," sambung Irma.

Persoalan loncat partai itu lalu ditimpali Partai Gerindra, yang bersekutu dengan Partai Demokrat dalam Pemilihan Presiden 2019. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani menceritakan pengalaman kader partainya yang juga pernah membelot ke NasDem, tapi tak tahu alasannya.

"Ada sih bupati yang kita dorong, jadi, terus masuk NasDem, ada juga, tapi karena apa? Nggak tahu," ucap Muzani.




Riuh rendah cuitan Andi kemudian sampai juga di telinga SBY. Apa kata SBY?

"Saya minta maaf kepada Presiden Jokowi dan Jaksa Agung atas 'tweet' Bung Andi Arief (AA), kader Demokrat, yang terlalu keras," kata SBY lewat Twitter

SBY menyebut tweet Andi Arief itu hal yang spontan. Tweet Andi Arief itu dianggap mewakili perasaan kader-kader Demokrat lain yang melihat manuver Vicky meloncat ke NasDem.

"Pernyataan spontan AA tersebut mungkin berlebihan dan membuat tak nyaman Pak Jokowi dan Pak Prasetyo. Saya tahu AA mewakili perasaan jutaan kader Demokrat yang tidak terima partai dan pemimpinnya dilecehkan oleh Partai NasDem," ungkapnya.

"Meskipun saya yakin Pak Jokowi tidak tahu-menahu, beliau pasti bisa rasakan perasaan kader Demokrat. Semoga dapat dipetik hikmahnya," ujar SBY. (dhn/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads