Di Perbatasan Indonesia-Filipina, MPR Segarkan Soal Empat Pilar

Di Perbatasan Indonesia-Filipina, MPR Segarkan Soal Empat Pilar

Muhammad Idris - detikNews
Rabu, 26 Sep 2018 14:28 WIB
Foto: Dok. MPR
Sangihe - Mulai pukul 08.00 Waktu Indonesia Bagian Tengah, pelajar, aparatus sipil negara, tokoh masyarakat, tokoh agama, baik satu persatu maupun secara rombongan datang ke Pendopo Santiago, Rumah Dinas Bupati Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Pada hari Rabu (26/9/2018) di gedung yang berbentuk joglo itu digelar Sosialisasi Empat Pilar MPR. Sosialisasi kali ini sangat istimewa sebab sosok yang popular di Sulawesi Utara, E. E Mangindaan, hadir. Mangindaan yang hadir dengan kapasitas Wakil Ketua MPR dalam acara itu didampingi oleh anggota MPR dari Fraksi PAN Bara Hasibuan dan anggota MPR dari kelompok DPD Stevanus.

Di hadapan ratusan peserta, Mangindaan mengatakan warga Kepulauan Sangihe berkumpul di sini untuk menyegarkan kembali nilai-nilai Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurut mantan Gubernur Sulawesi Utara itu, Sangihe merupakan garda terdepan bangsa Indonesia di utara yang berbatasan dengan Filiphina.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bersyukur bisa bersosialisasi dan bersilaturahmi dengan masyarakat. Saat menjabat gubernur, Sangihe saya sebut sebagai Benteng Pancasila", ujarnya.

Sebutan itu disematkan, sebab di Sangihe sejak lama hidup nilai-nilai seperti yang terkandung dalam Pancasila. Untuk itu sebagai daerah yang berbatasan dengan negara lain, Sangihe diakui mempunyai peran strategis.


"Untuk menjaga perbatasan, masyarakat Sangihe tak perlu diragukan. Ini bukan basa-basi," tambahnya.

Meski masyarakat daerah kepulauan itu tak diragukan lagi nasionalismenya, namun Mangindaan tetap menyatakan perlu dilakukan sosialisasi.

"Ini refresh atau penyegaran kembali supaya kita kembali mengingat nilai-nilai Empat Pilar", paparnya.

Dikatakan, bangsa ini berada di wilayah strategis, di antara dua benua dan dua samudera. Sebagai wilayah yang strategis, Indonesia memiliki beragam suku, bahasa, budaya, dan agama. Sebagai bangsa yang besar dan beragam, menurut Mangindaan, Indonesia menghadapi berbagai tantangan baik dari dalam maupun luar.

Dalam kesempatan itu, dia mengakui dirinya lama tidak berkunjung ke Sangihe. Begitu tiba kembali di kabupaten yang beribukota di Tahuna itu, dirinya kaget sebab sudah banyak kemajuan yang terjadi.

"Berarti Sangihe sudah masuk era globalisasi," paparnya.


Dijelaskan, ketika jumlah masyarakat bertambah maka kebutuhan energi dan pangan akan meningkat. Ketika kebutuhan dua hal itu meningkat secara global maka terjadilah persaingan untuk memperebutkan pangan dan energi. "Ini menjadi masalah global," ujarnya.

Pengaruh global menurut pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu bisa mengintervensi kebijakan dalam negeri. Dicontohkan, naiknya nilai dollar Amerika akan berpengaruh pada APBN. "Akibat globalisasi batas negara menjadi kabur," ungkapnya.

Tak hanya globalisasi yang bisa menggunjang kondisi bangsa. Disebut banyak problem internal yang menjadi tantangan kebangsaan. Mangindaan menyebut pemahamaan keagamaan yang lemah dan sempit bisa memicu perbuatan yang tak sesuai dengan nilai-nilai yang ada.

"Untuk itu saya setuju dengan sikap masyarakat Sulawesi Utara yang antiradikal dan teror," ungkapnya.

Radikalisme dan teror dikatakan sebagai jalan yang salah di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak hanya lemah dan sempitnya pemahaman keagamaan yang bisa menyebabkan masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengabaian urusan daerah dan fanatisme kedaerahan juga membuat kerawanan persatuan.


Dari fanatisme itulah mengakibatkan kurangnya penghargaan terhadap keberagaman atau kebhinekaan. Masalah kebangsaan diakui oleh Mangindaan tidak hanya timbul di kalangan bawah. Kurangnya keteladanan dari pemimpin bisa memperburuk kondisi bangsa.

"Di beberapa daerah timbul konflik SARA, syukur di sini tak ada. Banyak kepala daerah dan wakil rakyat yang terkena OTT. Tebang pilih dalam penegakan hukum juga menjadi tantangan kebangsaan," tegasnya.

Hal-hal di ataslah yang menurut Mangindaan perlu diatasi bersama. Dengan sosialisasi itulah diharapkan bisa mengubah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menjadi lebih baik.

Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Eza Gaghana dalam sambutan menuturkan sosialisasi merupakan momentum untuk memantapkan Empat Pilar sebagai sarana menghadapi tantangan kebangsaan. Diakui Empat Pilar mempunyai peran sentral untuk keberlangsungan berbangsa dan bernegara.

"Apresiasi kepada MPR. Sosialisasi ini penting untuk memperkaya wawasan kebangsaan. Agar identitas kita tak terkikis," pungkasnya. (idr/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads