Pantai Holtekamp merupakan salah satu destinasi wisata warga Kota Jayapura, detikcom mengunjungi pantai ini pada Rabu (5/9/2018) sore.
Proyek negara yang terpantau dari jarak 1 km ke arah laut adalah proyek Jembatan Hamadi-Holtekamp. Wujudnya nampak seperti besi merah kecil yang berdiri melintang di atas Teluk Youtefa. Nampak dari sini, jembatan merah dari arah Hamadi itu belum tersambung ke daratan Kampung Holtekamp.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jembatan itu bakal melintang 1.328 meter di atas Teluk Youtefa. Dari total panjang jembatan itu, 732 meter-nya merupakan bentang utama. Dari arah Kota Jayapura, tentu saja kami belum melewati jembatan itu. Kami melewati jalan memutari Teluk, waktu yang dibutuhkan sekitar satu jam perjalanan. Namun bila jembatan sudah jadi, diperkirakan hanya butuh setengah jam perjalanan saja dari Kota Jayapura ke Pantai Holtekamp ini.
Proyek itu sudah rampung sekitar 99,7%. Rencananya, jembatan itu akan rampung pada September 2018 dan beroperasi pada Mei 2019. Proyek Rp 943 miliar itu bakal menjadi ikon baru Kota Jayapura.
![]() |
Dari Pantai ini juga terlihat aktivitas masyarakat setempat di hari biasa. Ini bukan hari libur, sehingga pantai sepi dari wisatawan. Saya hanya mendapati satu orang warga setempat yang sedang membenahi jalan ikan.
"Di sini kalau Sabtu dan Minggu ramai, orang tua sampai anak-anak ke sini semua," kata Gustav (50), pria berjenggot yang sedang membenahi jala ikan di pantai ini.
Karena ini bukan hari berwisata, maka tak terlihat ada petugas penjaga yang menariki tiket. Kata Gustav, biasanya pengunjung dikenakan tarif masuk sebagai biaya pemeliharaan pantai ini.
![]() |
Meski pemandangannya indah, namun pengunjung perlu berhati-hati saat menginjak pasirnya. Di sini banyak botol berserakan, di antaranya ada botol beling. Di satu sudut, terlihat sampah botol bertumpuk. Bibir pantai juga dikotori oleh sampah-sampah peninggalan wisatawan.
"Ini masih tanah adat, belum diserahkan ke pemerintah, jadi belum ada petugas yang membersihkan. Ini yang biasa bersihkan ya yang menjaga ini, masyarakat," kata pria asli Kampung Holtekamp ini.
![]() |
Status Kampung adat yang dipertahankan turun-temurun semakin terlihat saat kami mencoba mendekati kawasan proyek Jembatan Holtekamp. Kami melewati jalan proyek mendekat ke ujung jembatan, panjangnya sekitar 3 km sampai ujung.
Terlihat di sebelah kanan, spanduk terpasang, isinya adalah keterangan penegasan bahwa ini adalah tanah adat dan punya status yang kuat di mata hukum. Ada nama pemilik tanah di spanduk itu. Spanduk itu ada di antara lalu-lalang orang-orang proyek yang terus saja bekerja.
![]() |
Eskavator mengeruk tanah yang digenangi oleh air laut. Di sepanjang jalan menuju lokasi proyek, eskavator dan truk-truk terlihat sedang mengangkut timbunan.
Mobil yang membawa kami terus melaju. Suasana kanan kiri yang tadinya tanah berair kini sudah berupa laut. Ini adalah laut di Teluk Youtefa. Permukaan airnya hampir sama tinggi dengan jalan yang kami lalui. Lautnya tak berombak. Entah bagaimana jadinya bila air laut pasang tiba-tiba, barangkali mobil yang kami tumpangi bakal mendapatkan kesulitan.
Setelah 40 menit perjalanan menempuh jalan bergelombang, akhirnya kami sampai di ujung yaitu lokasi proyek jembatan bagian Holtekamp. Jembatan yang dikerjakan di sini bukan berupa baja merah ikonik seperti yang sedang dikerjakan di sisi Hamadi, melainkan berupa jembatan beton.
Bila Hamadi-Holtekamp sudah terhubung oleh jembatan ini, titik ini bakalan ramai oleh lalu-lalang kendaraan. Masyarakat dari Kota Jayapura bisa langsung meluncur ke Distrik Muara Tami, distrik perbatasan, tanpa harus mengitari Teluk Youtefa. Selepas area Jembatan Hamadi-Holtekamp, aspal mantap yang dibangun sejak era Presiden SBY sudah tergelar sampai tapal batas, yakni PLBN Terpadu Skouw yang ikonik
Simak terus kabar dari garis teritori Republik Indonesia di Tapal Batas detikcom!
Tonton juga 'Cerita Senja di Pantai Holtekamp':
(dnu/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini