Tukang potong rambut di bawah pohon sekitar Alun-alun Kidul Yogyakarta tertawa saat Kadir Mubarak meminta rambutnya dipotong ala Kuncung. Kuncung salah satu tokoh sandiwara boneka berbahasa Jawa 'Kuncung-Bawuk', yang diputar TVRI Yogyakarta pada era 1970-an sampai 1980-an. Kepala nyaris plontos dan hanya tersisa sedikit rambut di bagian atas.
"Sampeyan mau jadi artis?" ujar tukang potong itu dalam bahasa Jawa seperti yang ditirukan Kadir. Resep mengubah penampilan rambut itu pulalah yang disampaikan Kadir kepada Margono alias Gogon bertahun-tahun kemudian hingga muncul gaya rambut Gogon yang kondang itu.
Saat itu, tahun 1983, dan Kadir memang punya angan menjadi terkenal di panggung hiburan. Seperti pelawak muda lainnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, lelaki asal Kediri itu kepincut setengah mati ingin bergabung dengan Aneka Ria Srimulat. Ketertarikannya muncul setelah menonton Srimulat di Tamah Hiburan Rakyat Surabaya. Baginya, hanya Srimulat yang mampu mengembangkan bakat dan mengantarkannya menjadi pelawak terkenal di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya kali itu Kadir melamar jadi pelawak di Aneka Ria Srimulat. Beberapa bulan sebelumnya, Kadir, yang kenyang pengalaman di pentas ludruk dan kemudian sandiwara diiringi musik gambus, mencoba peruntungan di Srimulat Surabaya. Belum sampai ikut tes, ia sudah ditolak. "Waktu itu saya memang gondrong dan hitam. Saya dinilai tak punya potongan pelawak," ujar Kadir, masih dengan aksen Madura-nya yang khas.
Bagaimana akhirnya Kadir jadi anggota Srimulat dan sukses jadi pelawak, simak ceritanya di DetikX, Srimulat, Jambul Kadir dan Gogon (pal/sap)