"Mohon jangan salah mengerti, istilah emak-emak itu betul itu murni gagasan Pak Sandiaga Uno dan ide gagasan dari rapat dari partai koalisi pengusung Pak Prabowo-Sandi," kata Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso di Jalan Daksa I Nomor 10, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (17/9/2018).
"Kenapa emak-emak? Karena kami menghormati tradisi sebutan kaum kerakyatan yang sudah lama kita lihat di kampung-kampung, desa-desa, pinggir-pinggir gunung di masyarakat kita. Ini penghormatan, jangan salah mengerti," sambung dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Emak-emak ini adalah nilai asli murni dari rakyat kecil, dari seorang anak kepada ibunda tercintanya dengan sebutan emak-emak tercinta. Sama seperti zaman kemerdekaan, kita lebih senang menyebut Bung Karno dan Bung Hatta dengan 'bung', bukan paduka yang mulia atau bukan bapak yang mulia," terang Priyo.
"Kami kok merasa aneh oleh sebagian pihak, bahkan tokoh-tokoh nasional, bahkan kami merasa tersanjung Pak Presiden Jokowi ikut mengomentari hal ini," imbuh Priyo.
Ketua DPP PKS Ledia Hanifa menjelaskan istilah emak-emak digunakan untuk memberi kesan kedekatan dengan rakyat. Ledia menilai istilah emak-emak justru menunjukkan kecintaan kepada kaum perempuan.
"Ini bagian dari kedekatan kita dengan orang yang melahirkan kita, membesarkan kita atau bahkan yang paling dekat dengan kita. Jadi buat kami, sapaan 'emak' itu sapaan akrab, bukan, maaf, bukan menurunkan kelas dibandingkan dengan 'ibu'. Tapi justru ini menunjukkan kecintaan kami, kedekatan kami dengan seluruh perempuan Indonesia," ucap Priyo.
"Ini bagian dari bagaimana kita menghormati para emak-emak ini. Kami sepakat ini dijadikan sebagai sapaan ketika di partai koalisi dan kita jadikan ini sebagai panggilan mesra," lanjut dia. (aud/rna)