Timses Jokowi-Ma'ruf: '2019GantiPresiden' Bisa Jadi Seperti Suriah

Timses Jokowi-Ma'ruf: '2019GantiPresiden' Bisa Jadi Seperti Suriah

Indra Komara - detikNews
Rabu, 12 Sep 2018 13:39 WIB
Zuhairi Miswari (kanan, memegang mik) dalam diskusi 'Polemik Tagar'. Foto: Indra Komara/detikcom
Jakarta - Jubir Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Zuhairi Misrawi menyebut tagar '2019 Ganti Presiden' tidak mendidik. Akibatnya, kata Zuhairi, tagar tersebut cenderung mengarah pada pelanggaran undang-undang.

"Kami dari Tim Jokowi-Ma'ruf memandang ada 3 hal terkait tagar ganti presiden. Pertama tagar ganti presiden tidak mendidik, karena penggunaan istilah presiden itu tidak lazim, bahwa pesta demokrasi tahun 2019 itu dia tidak mengganti presiden sebagai suatu lembaga kenegaraan, yang mengganti orang, presidennya nanti yang dipilih rakyat," kata dia dalam diskusi publik Polemik Tagar '#2019GantiPresiden Vs #Jokowi2Periode' di Restoran Tjikini Lima, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (12/9/2018).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Maka karena istilah yang dipakai tak mendidik maka muncul banyak hal, bahwa ini, makar, inkonstitusional. Tapi saya katakan ganti presiden tak mendidik untuk digunakan," lanjut dia.

Poin kedua yang disorot Zuhairi yakni tagar 2019 ganti presiden merujuk pada demokrasi. Sebab, gerakan '2019GanriPresiden' tidak mengajak masyarakat untuk beradu gagasan, sehingga berpotensi menimbulkan konflik.

"Karena bahasa yang digunakan tidak bahasa yang mengajak untuk beradu gagasan, dia hanya jadi gerakan emosional dan mengarah kepada polarisasi dan fragmentasi di tengah masyarakat. Oleh karena itu kemudian ini yang sangat berbahaya," jelasnya.



Lebih lanjut, menurut Zuhairi tagar '2019GantiPresiden' juga rawan ditunggangi kelompok-kelompok radikal. Sebab, dia mengamati ada pihak yang mengubah gerakan Ganti Presiden menjadi ganti sistem.

"Ketiga terkait tagar ganti presiden memang yang kami amati itu ada disorientasi, ada pihak yang kemudian menunggangi gerakan ini dari mengganti presiden jadi ganti sistem. Ini yang kami khawatirkan bahwa gerakan ini jadi bola liar seperti di Suriah, kemudian ditunggangi oleh kelompok ekstrem, radikal, teroris yang ingin menjadikan satu pertarungan ini kemudian pertarungan yang telrlau jauh dari ganti presiden jadi ganti sistem. Oleh karena itu semua pihak harus hati-hati, kita harus kembalikan ke rel demokrasi," papar pengamat Timur-Tengah ini.

Meski demikian, Zuhairi melihat perang tagar saat ini sudah mulai redup setelah adanya pelukan antara Jokowi dengan Prabowo. Dia berharap, pesta demokrasi kedepan bisa bertarung dengan adu gagasan yang edukatif.

"Kami lihat pertarungan tagar mulai meredup sejak situasi Asian Games, Erick Thohir dan Sandi bertemu dan kami dari tim Jokowi-Ma'ruf harap menjelang masa kampanye kita betul adu argumentasi. Sehingga demokrasi itu merupakan kedaultan rakyat itu betul kita tunjukan kepada publik," kata Zuhairi




Tonton juga 'Dukung Jokowi, Nikita Mirzani Komentari soal '2019GantiPresiden':

[Gambas:Video 20detik]

(idn/bag)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads