Power of Emak-emak, Dorong Gerobak Demi Perluasan Bandara Luwu

Power of Emak-emak, Dorong Gerobak Demi Perluasan Bandara Luwu

Mohamad Bakrie - detikNews
Senin, 10 Sep 2018 13:57 WIB
Foto: Emak-emak dan warga lain membangun perluasan Bandara Rampi (Bakrie-detik)
Luwu - Ketiadaan alat berat yang bisa sampai ke Kecamatan Rampi, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, membuat pengerjaan proyek perluasan Bandara Rampi, dikerjakan secara manual oleh warga. Sejak mulai dibangun di tahun 2003, proyek bandara ini sudah melibatkan ribuan warga dan emak-emak di Kecamatan Rampi sebagai pekerja.

Dengan menggunakan gerobak kayu, ratusan warga yang berasal dari enam desa di kecamatan ini, mengais rezeki dengan mengerjakan penimbunan untuk perpanjangan landasan pacu pesawat dari yang awalnya hanya seribu meter, menjadi 1.500 meter. Pekerjanya pun tidak hanya laki-laki saja, puluhan pekerja wanita alias emak-emak pun ikut mendorong gerobak yang berisi tanah timbunan.

Power of Emak-emak, Dorong Gerobak Demi Perluasan Bandara LuwuFoto: Emak-emak dan warga lain membangun perluasan Bandara Rampi (Bakrie-detik)


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akses darat yang sangat sulit, tidak memungkinkan masuknya alat berat untuk sampai ke wilayah Rampi. Betapa tidak, sebuah mobil kecil untuk digunakan memotong rumput di bandara saja, membutuhkan waktu perjalanan hingga satu tahun dari Masamba, ibu kota Luwu Utara untuk sampai ke Bandara Rampi. Bahkan, satu mobil pemadam untuk bandara yang ada saat ini diangkut menggunakan helikopter untuk sampai ke sana.



Tak hanya itu, untuk bahan material bangunan seperti semen, besi dan batu bata, terpaksa dipikul oleh warga dari Masamba ke Rampi dengan berjalan kaki atau dengan menggunakan motor dan kuda. Hal inipun membuat harga bahan bangunan di wilayah ini sangat mahal. Misalnya Semen, harganya mencapai Rp 200 ribu persak.

"Kami bekerja mulai dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore di sini. Kami diupah itu satu gerobak Rp 5 ribu persatu gerobak. Yah kalau terus-terusan kami bisa dapat Rp 3 juta satu bulan selama bekerja di sini. Makanya, dengan adanya pekerjaan ini cukup membantulah kehidupan kami yang sudah sulit di sini," kata seorang warga, Abigai Anti, Senin (10/09/2018).

Ada dua jalur darat untuk sampai ke Rampi, yakni jalur Masamba yang jaraknya mencapai 90 kilometer dan jalur Bada' di Kabupaten Poso yang merupakan wilayah perbatasan Sulawesi Tengah dan Selatan. Jalur ini menjadi akses tercepat bagi warga untuk keluar dari Rampi karena hanya sekitar 30 kilometer.



"Kami lebih sering ke Bada' dari pada ke Masamba karena lebih dekat. Kalau jalan kaki kita bisa tempuh sehari semalam, ongkos ojeknya juga hanya Rp 500 ribu. Kalau ke Masamba jauh ongkosnya bisa sampai Rp 1 juta sekali jalan. Jadi kalau PP itu sudah dua juta," sebutnya.

Kehadiran bandara di Kecamatan yang kondisi medannya sama dengan di pedalaman Papua ini, menjadi sangat penting bagi 3800 warga yang tinggal di sana. Pasalnya, akses darat dari dan menuju tempat ini sangatlah berat dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dan kendaraan roda dua. Itupun, membutuhkan waktu perjalanan hingga dua hari dua malam.

"Sekarang harga-harga kebutuhan sudah mulai turun. Yah sisa dua kali lipat dari harga normalnya. Bensin saat ini masih Rp 20 ribu perliter karena tidak bisa dibawa menggunakan pesawat. Telur yang dulunya Rp 5 ribu perbiji, sekarang sisa Rp 3 ribu perbiji, sejak adanya pesawat khusus kargo," lanjutnya.

Power of Emak-emak, Dorong Gerobak Demi Perluasan Bandara LuwuFoto: Emak-emak dan warga lain membangun perluasan Bandara Rampi (Bakrie-detik)




Untuk jadwal penerbangan, bandara ini melayani rute dari dan menuju Rampi ke Masamba serta Rampi ke Palu dengan pesawat jenis caravan berkapasitas 12 orang penumpang. Setiap hari juga, penerbangan melayani satu kali penerbangan khusus cargo. Selama ini, warga lebih memilih keluar melalui akses udara, selain karena cepat, harga tiketnya juga terbilang murah karena disubsidi oleh pemerintah. Untuk penumpang, harganya Rp 300 ribu dan untuk barang, seribu rupiah perkilogram.

Sejak dioperasikan tahun 2005 silam, bandara ini terus melakukan pembenahan, termasuk pelayanan navigasi udara yang sangat penting dalam mengatur lalu lintas pesawat. AirNav Indonesia, juga telah hadir melayani penerbangan di bandara kelas tiga itu. Hanya saja, pelayanannya belum maksimal karena keterbatasan sarana penunjang serta petugas.

"Ada beberapa perlengkapan navigasi kami yang tidak bisa difungsikan karena tidak adanya ketersediaan daya listrik. Di sini kita pakai tenaga matahari dan juga genset untuk listrik dan itu tidak mampu. Nah kalau towernya kita tidak bisa gunakan karena retak dan miring akibat gempa. Kalua petugas Airnav di sini hanya satu orang saja," kata Manajer Evaluasi Penerbangan MATSC, Sigit Restiadji.


Simak Juga 'Emak-emak Militan Demo Minta Jokowi Cuti Nyapres':

[Gambas:Video 20detik]

(rvk/asp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads