"Hotspot di Kalbar turun drastis, dan berdasarkan prediksi, potensi pertumbuhan awan selama 2 minggu ke depan cukup baik, sehingga penyemaian awan bisa efektif dan di optimalkan," kata Kabid Pelayanan Teknologi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Sutrisno dalam pesan singkat, Jumat (7/9/2018).
"Tanggal 5 September ada 9 hotspot, tanggal 6 September tidak ada hotspot berdasarkan satelit Terra Aqua," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti kita ketahui bahwa dengan adanya hujan, maka partikel asap dan polutan lain menjadi bersih karena tersapu saat hujan jatuh. Kedua, hujan yang jatuh kalau mengenai hotspot, maka hotspot tersebut akan mati," ujar Sutrisno
"Ketiga, kalaupun hujan tersebut tidak mengenai hotspot, hujan tersebut tetap bermanfaat untuk menjaga kelembaban lahan sehingga akan meredam munculnya hotspot baru," jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya manusia (SDM) demi pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2018. SDM yang andal dan berkualitas tentu akan mendukung sistem mekanisme pengendalian karhutla secara optimal.
Salah satunya melalui sosialisasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Sertifikasi Kompetensi bidang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Setelah sukses dilaksanakan di Pontianak, Kalimantan Barat, beberapa waktu lalu, KLHK melanjutkan kegiatan sosialisasi KKNI dan sertifikasi di Provinsi Sumatera Utara.
Saksikan juga video 'BPPT: Belum Ada Peneliti di Dunia Bisa Prediksi Gempa & Tsunami':
(rna/knv)