Jakarta - Sebutan kota Jakarta sebagai kota yang tak pernah tidur, memang ada benarnya. Di saat sebagian warga Jakarta tertidur pulas karena lelah bekerja seharian, masih ada orang yang mengais rejeki di keremangan malam. Diantara para pengais rezeki tengah malam itu adalah para pramunikmat yang biasa nongkrong di tepian jalan kota Jakarta.Mereka banyak ditemui di sudut kota megapolitan ini. Tak cuma di tengah kota, di pinggiran Jakarta pun mereka berusaha menarik nafsu para pria pemburu nikmat. Mereka berasal dari berbagai daerah dan usia. Tak terkecuali yang masih berusia belasan atau yang biasa dikenal dengan kata ABG atau anak baru gede.Kehadiran para pekerja seks komersil (PSK) ABG ini seakan mewarnai kehidupan malam kota Jakarta. Tidak sulit menjumpai mereka. Mereka akan selalu ada di jalan-jalan tertentu yang sudah akrab dengan kehidupan esek-eseknya. Para PSK ABG ini harus bertarung di tengah kehidupan malam Jakarta yang penuh maksiat dan kemunafikan.Lambaian dan rayuan mereka pun tak kalah "garang" dengan para seniornya. Bahkan soal tarif untuk meniduri tubuh mereka juga cukup bersaing. Tak jarang di antara mereka malah kerap terjadi perang tarif. Untuk sekali
check in para ABG ini berani pasang tarif hingga Rp 250 ribu per malamnya.Dengan berbagai alasan para ABG ini terjun ke dunia esek-esek tepian jalan. Dari mulai kecewa dengan pacar, kehilangan perawanan, butuh biaya untuk hidup, membantu orang tua, biaya sekolah ataupun untuk mengobati orangtuanya yang sakit. Alasan itu kerap dilontarkan mereka, ya alasan klasik. Tapi yang jelas semuanya bermuara pada satu benda yakni uang.Rani, yang mengaku masih berusia 17 tahun, terjun ke dunia nista ini baru beberapa bulan. Rani hanya mengenyam pendidikan hanya sampai kelas 1 SMA di sekolah swasta di Bandung. Rani yang ditemui
detikcom di pinggiran Jalan Hayam Wuruk bercerita panjang soal kehidupan pribadinya. Mojang berkulit putih dan berwajah manis ini, tadinya berkeinginan untuk meneruskan sekolah di Jakarta dan ikut dengan familinya di daerah Kota Bambu, Jakarta Barat. Tapi apa lacur, keinginan itu hanya tinggal impian yang hilang ditelan kegelapan malam-malam yang dilaluinya bersama lelaki hidung belang. "Ternyata famili
gue juga di sini orang susah, sama kayak
gue. Cari kerja juga susah, ya udah
ngejual diri aja," katanya ketika
detikcom mengajaknya jalan-jalan menelusuri suasana malam kota Jakarta dalam sebuah kesempatan beberapa waktu yang lalu.Pertama kali terjun ke dunia hitam ini, setelah dia diajak oleh rekan seprofesinya. Alasan dia menjalani profesi ini, karena terlanjur dirinya tidak perawan lagi. Keperawanannya hilang oleh kekasihnya saat dia duduk di bangku kelas 3 SMP. Sang pacar yang kini masih berada di Bandung pun seakan tak mau peduli dengannya. "Habis manis sepah dibuang," tuturnya singkat sambil menerawang ke arah jalan yang seakan tak pernah sepi dari lalu lalang kendaraan. Dia pun tak peduli lagi dengan kekasihnya yang telah meninggalkannya itu.Rani yang hingga kini masih tinggal serumah dengan familinya, tak pernah memberitahu soal profesinya sebagai pramunikmat. "Mereka cuma tahu
gue kerja jadi
waitress di karaoke. Mereka
nggak peduli, yang penting
gue bisa bantu keuangan mereka. Habis mau
ngontrak atau kos kemahalan," tuturnya.Cerita Rani ini, berbeda dengan yang dialami Yuni. ABG yang mengaku lahir di Jakarta ini terjun menjadi PSK sudah setahun ini, masih berusia 16 tahun. Yuni sepertinya menjadi seorang perempuan yang matang sebelum waktunya. Di usia yang masih belasan ini, dia bertarung melawan kerasnya kota Jakarta. Yuni tinggal di rumah kos-kosan dengan rekan PSK lainnya di kawasan Tebet. Yuni bersama rekan-rekanya biasa mangkal di kawasan Bulungan Jakarta Selatan. Tapi kadang juga dia mangkal di diskotek-diskotek di kawasan Mangga Besar. Yuni mengaku hanya mengenyam pendidikan hingga sampai tingkat SMP saja. "Habis lulus, habis juga sekolahnya," kata Yuni tanpa ekspresi.Yuni yang mengaku pulang ke rumahnya di Tangerang hanya seminggu sekali ini, menjadi PSK selain untuk biaya kehidupannya sehari-hari juga guna membiayai orangtuanya yang kini terkena stroke. Dia punya dua orang kakaknya, yang kini tidak tinggal bersama orangtuanya. Kedua kakaknya itu tidak dapat diandalkan oleh keluarganya karena masih meringkuk di penjara Tangerang dan Salemba.Gadis berambut hitam lebat ini, tinggal bersama seorang teman yang menjadi
waitress di sebuah diskotek di kawasan Lokasari. Terjun menjadi PSK pun karena diajak rekannya itu yang bernama Dewi. "Tadinya kita sama-sama jualan. Tapi dia udah kerja sekarang, soalnya kalau masih
nongkrong gak bakal laku juga. Udah
toku (tua-red) juga sih dia," ujar Yuni setengah mengejek rekannya itu. Orangtuanya pun hanya tahu dia bekerja di sebuah tempat biliard di Jakarta. "Kalau sampai tahu,
nggak tahu bagaimana malunya mereka," tutur Yuni. Uang hasil jerih payahnya itu pun bisa menghidupi keluarganya di Tangerang. Upah ibunya sebagai pembantu rumah tangga panggilan sangat tidak cukup untuk biaya sekolah adiknya dan biaya hidup keluarganya. Kini hanya dia yang bisa diandalkan oleh orangtua dan adiknya yang kini masih duduk di bangku kelas 6 SD itu.Di Jakarta ini, masih banyak ABG seperti Yuni dan Rani. Dengan berbagai alasan mereka terjerumus di lembah dosa yang seakan tak ada jalan keluarnya ini. Mereka akan terus berjuang untuk menahan himpitan kebutuhan dengan berbagai cara, termasuk menjual tubuh mereka kepada pria pemburu nikmat.
(mar/)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini